
Oleh: KH. Faris Khoirul Anam
YANG SYAHID DALAM WABAH
Orang yang meninggal dunia karena penyakit mewabah adalah syahid bila memenuhi kriterianya.
Penyakit yang menular dengan cepat disebut dengan tha’un atau waba’ (wabah). Ada ulama yang menyamakan antara tha’un dan wabah itu, namun adapula yang menyebut tha’un lebih khusus dari wabah.
Dalam beberapa hadits dijelaskan bahwa tha’un ini bagi umat Islam adalah anugerah kesyahidan (syahadah). Dalam hadits Anas bin Malik, Nabi bersabda:
الطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ
“Tha’un adalah kesyahidan bagi setiap muslim.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kesyahidan itu diterima sebab sabarnya seorang muslim menerima takdir. Dia percaya, apapun yang terjadi tak lepas dari qadha dan qadar Allah. Menurut al-Jurjani, pengertian takdir adalah sebagai berikut:
خُرُوْجُ المُمْكِنَاتِ مِنَ العَدَمِ إِلَى الوُجُوْدِ، وَاحِدًا بَعْدَ وَاحِدٍ، مُطَابَقًا لِلْقَضَاءِ، وَالقَضَاءُ فِي الأَزَلِ، وَالقَدرُ فِيْمَا لاَ يَزَالُ، وَالفَرْقُ بَيْنَ القَدَرِ وَالقَضَاءِ، هُوَ أَنَّ القَضَاءَ وُجُوْدُ جَمِيْعِ المَوْجُوْدَاتِ فِي اللَّوْحِ المَحْفُوْظِ مُجْتَمِعَةً، وَالقَدَرُ وُجُوْدُهَا مَتَفَرَّقَةً فِي الأَعْيَانِ بَعْدَ حُصُوْلِ شَرَائِطِهَا. التعريفات ص: 174
“Qadar adalah keluarnya sesuatu yang mungkin, dari tidak ada menjadi ada, satu persatu, sesuai qadha. Qadha telah ada di zaman azali, sedangkan qadar masih terus terjadi. Perbedaan antara qadha dan qadar adalah bahwa qadha itu keberadaan semua hal yang ada di lauh mahfuzh, dalam keadaan semua terkumpul. Sedangkan qadar keberadaannya terbagi pada sesuatu setelah terjadi syarat-syaratnya.” (al-Jurjani, al-Ta’rifat, hal. 174)
Berdasarkan pengertian ini, virus corona yang mewabah saat ini telah ada di zaman azali. Ketentuan tentang virus itu terjadi setelah terpenuhi syarat kemunculannya – disebut “asbab”, yang akhirnya meniscayakan keharusan ikhtiar bagi manusia.
Segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini tak lepas dari qadha dan qadar Allah itu. Sementara sesuatu ada dan terjadi pasti karena suatu hikmah yang akan diberikan oleh Allah. Pun sebuah virus atau penyakit yang mewabah.
Syaikh Ibnu Hajar menjelaskan:
وَفِي قِصَّةِ عُمَرَ مِنَ الْفَوَائِدِ مَشْرُوعِيَّةُ الْمُنَاظَرَةِ وَالِاسْتِشَارَةُ فِي النَّوَازِلِ وَفِي الْأَحْكَامِ …. إلى قوله: وَأَنَّ الْأُمُورَ كُلَّهَا تَجْرِي بِقَدَرِ اللَّهِ وَعِلْمِهِ. فتح الباري لابن حجر10/ 190
“Dalam kisah Umar (saat beliau diberi kabar wabah telah menyerang Syam dan setelah bermusyawarah beliau memutuskan kembali ke Madinah, penj) terdapat beberapa pelajaran (yaitu) disyariatkannya diskusi dan musyawarah dalam menghadapi peristiwa-peristiwa dan dalam hukum… dst, serta bahwa semua perkara itu berjalan sesuai takdir dan ilmu Allah.” (Ibnu Hajar, Fath al-Bari, jilid 10, hal. 190)
Ulama madzhab Syafi’i ini menjelaskan, orang yang tetap bertahan di situ akan mendapatkan pahala syahid bila bersabar, pasrah dan ridha pada ketentuan Allah. Dia tahu bahwa yang terjadi padanya pasti karena ketentuan dari Allah. Sementara yang tidak meyakini konsep takdir dan kepasrahan ini tak akan mendapatkan pahala syahid.
Syaikh Ibnu Hajar menjelaskan:
وَيُسْتَفَادُ مِنَ الْحَدِيثِ أَيْضًا أَنَّ مَنْ لَمْ يَتَّصِفْ بِالصِّفَاتِ الْمَذْكُورَةِ لَا يَكُونُ شَهِيدًا وَلَوْ وَقَعَ الطَّاعُونُ وَمَاتَ بِهِ فَضْلًا عَنْ أَنْ يَمُوتَ بِغَيْرِهِ وَذَلِكَ يَنْشَأُ عَنْ شُؤْمِ الِاعْتِرَاضِ الَّذِي يَنْشَأُ عَنْهُ التَّضَجُّرُ وَالتَّسَخُّطُ لِقَدَرِ اللَّهِ وَكَرَاهَةُ لِقَاءِ اللَّهِ. فتح الباري لابن حجر 10/ 194
“Dapat diambil kesimpulan dari hadits itu pula bahwa orang yang tidak memenuhi kriteria seperti yang disebutkan tidak menjadi syahid, meskipun terjadi tha’un dan dia meninggal dunia sebab wabah itu, apalagi yang meninggal karena selainnya. Sebab dia menentang takdir sehingga dia murka, tidak ridha dengan takdir Allah, dan tak suka berjumpa dengan Allah.” (Fath al-Bari, jilid 10, hal. 194)
Semoga yang telah wafat karena terpapar virus corona gugur sebagai syahid, dan kita terus diberi kekuatan untuk berikhtiar mempelajari sebab-sebab (nata’allam bil-asbab) dan berupaya sekuat tenaga menjalankan protokol pencegahan penyebaran Covid-19.
Allahul-Musta’an…