Pascaledakan bom Thamrin Jakarta, banyak yang bertanya mengenai hakikat agama Tuhan. Salah satu pertanyaan yang sangat sulit dijawab adalah seputar kenapa agama ikut serta melegitimasi kekerasan (perang?).
Oleh M Rikza Chamami (Dosen UIN Walisongo)
Patut untuk diluruskan bahwa agama adalah aturan hidup yang dikendalikan oleh Tuhan lewat kitab sucinya. Dalam Islam dikenal konsep teologi keesaan Allah dan mandatori ajaranny lewat Al Qur’an. Teknis beragama Islam juga dijabarkan oleh Nabi Muhammad dalam hadisnya.
Pasca Nabi wafat dilanjutkan oleh para sahabat-sahabatnya dan kemudian dilanjutkan oleh para ulama. Maka dikenal al-ulama waratsatul al-anbiya’, ulama adalah pewaris para Nabi. Di titik inilah agama itu berkembang dan menunjukkan identitasnya sebagai norma kehidupan.
Sehingga beragama sama dengan hidup dengan aturan agamanya dengan menjalani perintah Tuhan dan Nabi sesuai petunjuk para ulama. Pada titik ini muncul ikhtilaf, perbedaan dalam melihat dan menjakankan perintah agama. Dan hampir semua agama mengalami hal yang sama. Maka sebaiknya umat beragam diajari sejak awal arti perbedaan beragama.
Dalam menjalankan intisari agama yang palinh dikedepankan adalah soal ibadah, yaitu penghambaan umat pada Tuhan. Teknis ibadah juga sudah detail diatur. Jadi beragama adalah sama dengan beribadah.
Beragam dan beribadah tidaklah cukup. Tapi agama mengenalkan adanya sedekah, mendarmabaktikan tenaga, waktu dan harta untuk untuk lain dengan saling berbagi. Islam mengenalkan adanya zakat, infaq dan shadaqah yang tiada lain inti dari beragama, beribadah dan bersedekah.
Dibalik perintah sedekah itulah lahir esensi bersaudara. Dimana orang yang beragama juga didorong untuk saling mengenal, menghargai dan memahami segala macam perbedaan.
Jadi agama bukan sekedar slogan bertuhan dan berkitab suci. Tapi agama adalah keyakinan ketuhanan dengan panduan kitab suci yang mendorong lahirnya hamba yang betul-betul beragama: ibadah, sedekah dan memperbanyak saudara.*)