Di Bulan Sya’ban Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melakukan puasa, ada yang mengatakan penuh sampai disambung dengan Ramadhan, ada pula yang mengatakan sebagian besar. Mengapa Rasûlullâh mengistimewakan Sya’ban dengan puasa sunah?
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam menjawab dengan 2 alasan:
Bulan Laporan Amal
ﻭَﻫُﻮَ ﺷَﻬْﺮٌ ﺗُﺮْﻓَﻊُ ﻓِﻴﻪِ اﻷَْﻋْﻤَﺎﻝُ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺏِّ اﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ، ﻓَﺄُﺣِﺐُّ ﺃَﻥْ ﻳُﺮْﻓَﻊَ ﻋﻤﻠﻲ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺻَﺎﺋِﻢٌ
“Sya’ban adalah bulan diangkatnya (dilaporkan) amal kepada Tuhan yang menguasai seluruh alam. Maka saya senang saat amal saya dilaporkan saya sedang berpuasa” (HR An-Nasa’i)
Bulan Catatan Ajal
ﻗَﺎﻝَ: ” ﺇِﻥَّ اﻟﻠَّﻪَ ﻳَﻜْﺘُﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻧَﻔْﺲٍ ﻣﻨﻴﺔ ﺗِﻠْﻚَ اﻟﺴَّﻨَﺔَ، ﻓَﺄُﺣِﺐُّ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﺗِﻴَﻨِﻲ ﺃَﺟَﻠِﻲ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺻَﺎﺋِﻢٌ».
“Sesungguhnya Allah menentukan kematian setiap jiwa pada tahun itu (ditentukan di bulan sya’ban). Maka saya senang jika ajal mendatangi saya dalam keadaan berpuasa”
Terkait status hadis ini diberi penilaian oleh Al-Hafidz Al-Haitsami:
ﺭَﻭَاﻩُ ﺃَﺑُﻮ ﻳَﻌْﻠَﻰ، ﻭَﻓِﻴﻪِ ﻣُﺴْﻠِﻢُ ﺑْﻦُ ﺧَﺎﻟِﺪٍ اﻟﺰَّﻧْﺠِﻲُّ، ﻭَﻓِﻴﻪِ ﻛَﻼَﻡٌ، ﻭَﻗَﺪْ ﻭُﺛِّﻖَ.
“Diriwayatkan oleh Abu Ya’la. Didalamnya terdapat perawi bernama Muslim bin Khalid Az-Zanji (guru dari Imam Syafi’i), ia dikomentari oleh ulama lain dan juga ada yang menilai perawi terpercaya”
ﻭﻟﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻛﺎﻟﻤﻘﺪﻣﺔ ﻟﺮﻣﻀﺎﻥ ﺷﺮﻉ ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﻳﺸﺮﻉ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻣﻦ اﻟﺼﻴﺎﻡ ﻭﻗﺮاءﺓ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻟﻴﺤﺼﻞ اﻟﺘﺄﻫﺐ ﻟﺘﻠﻘﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻭﺗﺮﺗﺎﺽ اﻟﻨﻔﻮﺱ ﺑﺬﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﻃﺎﻋﺔ اﻟﺮﺣﻤﻦ
Sya’ban seperti pintu masuk menuju Ramadhan, maka hal-hal yang dianjurkan di bulan Ramadhan juga dianjurkan dilakukan di bulan sya’ban, seperti puasa dan baca Qur’an. Agar siap menghadapi Ramadhan dan jiwa terlatih menghadapi Ramadhan untuk taat kepada Allah yang Maha Rahman (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaif Al-Ma’arif 1/135)
Kiai Ma’ruf Khozin
Originally posted on 28 February 2021 @ 04:01