Penulis: Hisyam Abbas
Citayam Fashion Week dalam pandangan fikih tidak berbeda jauh dengan fashion week di belahan dunia lain. Perlu diketahui, budaya fashion week adalah ajang untuk memamerkan koleksi para perancang busana, dan diperagakan oleh model profesional.
Dalam kasus Citayam Fashion Week, peraga busana adalah para remaja asal daerah penyangga Jakarta. Seperti Citayam, Bojong Gede, dan Depok.
Mereka menggunakan busana yang eksentrik ala busana jalanan (street fashion) luar negeri. Busana yang mereka pakai kebanyakan adalah hasil kreativitas mereka. Perpaduan warna dan bentuk pakaian yang menurut mereka bisa menaikkan rasa kepercayaan diri mereka. Budaya baru ini menggema di media sosial, karena mereka pandai mengeksploitasinya, sehingga Citayam Fashion Week semakin populer dan menarik perhatian masyarakat luas.
Pro-Kontra Citayam Fashion Week
Beberapa pihak mendukung kegiatan ini. Karena dinilai positif dalam menggerakkan semangat remaja untuk kratif, dan tidak disibukkan dengan prilaku negatif seperti tawuran dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Namun beberapa pihak menganggap ini budaya yang buruk. Terutama karena cara berpakaian mereka yang seringkali terlalu terbuka. Sangat mungkin mengundang pelecehan seksual dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Belum lagi kreativitas yang lahir terlalu bebas, seperti lelaki berdandan seperti wanita. Bahkan ada beberapa orang menggunakannya sebagai promosi ide dan budaya LGBT.
Pada dasarnya, peragaan busana, atau catwalk tidaklah diharamkan. Ini selama dalam catwalk tidak mengandung unsur-unsur yang menyalahi syariat. Seperti;
1) Membuka aurat.
2) Ada tujuan sombong (khuyala’) dengan cara berjalan atau pakaian nyentrik.
3) Mengganggu pengguna jalan.
4) Ikhtilath, bercampurbaurnya lelaki dan perempuan, yang diharamkan.
5) Busana atau tingkah laku yang menyerupai dengan lawan jenis atau orang fasik.
Baca Juga: Ijin Operasional Pesantren Berideologi Radikal Layak Dicabut
Hukum Citayam Fashion Week
Maka bagaimana hukum Citayam Fashion Week?
Jika di dalam Citayam Fashion Week tidak terdapat aktivitas yang menyalahi syariat seperti di atas, maka hukumnya diperbolehkan.
Namun, jika aktivitas yang terjadi di sana jelas-jelas menyalahi syariat, maka fikih tidak memperbolehkannya.
Dalam melestarikan budaya dan kreativitas para remaja, hendaknya pemerintah membuat payung hukum yang jelas sesuai peraturan yang berlaku untuk mengatasi kemungkaran dan dampak negatif. Juga menindak tegas pada pelanggaran-pelanggaran terhadap payung hukum tersebut.
Referensi:
Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya Ulum ad-Din. v. 2 hlm. 342.
Abdul Hamid bin Husain as-Syarwani, Hasyiyah as-Syarwani. v. 4 hlm. 83
Abdurrahman al-Jaziri. al-Fiqh ‘ala al-Madzhab al-Arba’ah. v. 5 hlm. 359.
إحياء علوم الدين (2/ 342)
وكذلك لو صرف جميع ماله إلى نقوش حيطانه وتزيين بنيانه فهو أيضا إسراف محرم وفعل ذلك ممن له مال كثير ليس بحرام لأن التزيين من الأغراض الصحيحة ولم تزل المساجد تزين وتنقش أبوابها وسقوفها مع أن نقش الباب والسقف لا فائدة فيه إلا مجرد الزينة فكذا الدور وكذا القول في التجمل بالثياب والأطعمة فذلك مباح في جنسه ويصير إسرافا باعتبار حال الرجل وثروته وأمثال هذه المنكرات كثيرة لا يمكن حصرها
حاشية الشرواني (4/ 83)
(قوله: وأن يقصر إلخ) عطف على قول المتن أن يطوف ماشيا عبارة الونائي وسن أن يقصر مشيه بغير تبختر عند عدم الزحمة مع سكينة حيث لا يشرع له رمل ليكثر خطاه فيكثر الأجر وأما التبختر فمكروه بل حرام إن قصد به الخيلاء ولا يسن ذلك في الزحمة إن آذى أو تأذى اهـ
الفقه على المذاهب الأربعة (5/ 359)
ويجب على كل رئيس قادر سواء كان حاكماً، أو غيره أن يرفع الضرر عن مؤوسيه، فلا يؤذيهم هو، ولا يسمح لأحد أن يؤذيهم. ومما لا شك فيه، ان ترك الناس بدون قانون يرفع عنهم الأذى والضرر، يخالف هذا الحديث فكل حكم صالح فيه منفعة ورفع ضرر يقره الشرع ويرتضيه.
Sumber: Keputusan Bahtsul Masail FMPP se-Jawa Madura XXXVIII. Dilaksanakan pada 10-11 September 2022, di Ponpes Al-Hamid, Cilangkap Jakarta. File hasil keputusan bisa didownload di sini.
Penulis: Hisyam Abbas
Sumber: https://aswajamuda.com/hukum-citayam-fashion-week-dalam-pandangan-fikih/