Dewasa ini banyak orang yang semangat untuk memahami Al-Qur’an, namun masih banyak yang melakukan secara sembarangan. Akhirnya, bukanmya dapat petunjuk malah terjerumus pada pemahaman yang keliru, sempit, dan kaku. Esensi ajaran Al-Qur’an malah sering terabaikan. Salah satu sebabnya karena semangat mereka tidak disertai oleh penguasaan yang cukup akan ilmu yang mengupas tentang seluk-beluk dan segala aspek yang terdapat dalam Al-Qur’an, yakni kurang menguasai disiplin ilmu Ulumul Qur’an.
Ulumul Qur’an itu sendiri adalah ilmu yang tersusun atas berbagai macam pokok pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an dalam berbagai aspek, diantaranya nuzulul qur’an, asbabul nuzul, makiyyah dan madaniyah, rasm, ijaz, dll. Melihat dari itu, yang menjadi tema sentral pembahasan ilmu ini adalah Al-Qur’an itu sendiri.(hal.11-12).
Dengan mengusai ilmu ini kita akan menemukan gambaran lengkap dan sempurna Al-Qur’an dengan segala aspek yang terkait. Dan ketika gambaran itu sudah kita peroleh, maka bertambalah nilai kesucian dan kesakralan Al-Qur’an dalam jiwa kita. Selain itu dengan mengusai ilmu ini juga kita kian menghargai jasa para ulama terdahulu yang sudah mencurahkan segala kemampuan dan hidupnya untuk Al-Qur’an.
Dari masa ke masa tak terhitung para ulama yang telah menyumbangkan kemampuan mereka untuk menghasilkan kitab-kitab ulumul qur’an. Dimulai sejak abad ke-2 Hijriyah kitab-kitab itu mulai disusun. Diantara mereka ada yang menulis tafsir, asbabul nuzul, nasikh mansukh, dan qiroat, dll. Pada periode awal, kitab-kitab tersebut hanya berisi bagian-bagian tertentu dari ulumul qur’an. Baru pada periode berikutnya, kitab-kitab itu disusun secara komprehensif, diantaranya Al-Burhan fi ‘Ulumil al-Qur’an karya Al-Imam Badru ad-Din az-Zarkasyi, dan Al-Itqan fi ‘Ulumil al-Qur’an karya Al-Imam Jalal ad-Din as-Suyuthi. Di masa kontemporer masih banyak juga kitab ulumul qur’an yang diterbitkan. Sebut saja I’jas Al-Qur’an karya Musthafa Shadiq, Manhaj al-Furqon fi ‘Ulumil Qur’ankarya Syeh Abdul Wahab bin Abdul Majid Ghazlan, dll.(hal.15-21).
Penulis yang merupakan seorang syeh di Universitas Al-Azhar, Kairo ini pada bab selanjutnya mengurai secara singkat tentang aspek-aspek Al-Qur’an. Misalnya dalam bab-3 diterangkan tentang definisi, nama, dan tujuan diturunkan Al-Qur’an. Secara terminologi Al-Qur’an adalah firman Allah yang mu’jiz (dapat melemahkan orang-orang yang menentangnya), diturunkan kepada Rasulullah, tertulis dalam mushaf, disampaikan secara mutawatir, dan membacanya dinilai ibadah. (hal.24).
Firman Allah ini selain terkenal dengan nama Al-Qur’an, juga sering disebut al-Furqon, al-Kitab, adz-Dikr, at-Tanzil, dll. Tujuan utama diturunkanya Al-Qur’an sendiri adalah untuk memberi petunjuk pada manusia tentang jalan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. (hal.31-34).
Sedang pada bab-5 menjelaskan tentang manfaat mengetahui urut-urutan turunnya ayat. Manfaat itu adalah untuk membedakan antara ayat yang nasikh dan mansukh. Selain itu adalah untuk mengetahui sejarah penetapan hukum Islam dan tahapan dalam memberi pelajaran pada manusia dengan cara yang lembut. (hal.49-50).
Masih banyak bab-bab lain yang kesemuaanya akan membantu kita menggali dan memahami isi Al-Qur’an. Sebut saja, bab-6 yang mengurai perbedaan antara ayat makkiyah dan madaniyyah(hal.53-57), bab-7 yang mengungkapkan hikmah dibalik diturunkannya Al-Quran secara berangsur. (hal.59-86), hingga bab terakhir yang menjelaskan aspek-aspek penetapan hukum dalam Al-Qur’an. (hal.147-160).
Membedah Al-Qur’an selaksa menyelam dalam samudera tak berdasar. Bila kita sudah siap dengan beragam alat penyelaman, niscaya akan menemukan segala macam yang menakjubkan, tapi bila tidak siap, maka kita akan hilang ditelan kedalamannya.***
Judul buku: Ulumul Qur’an
Penulis: Dr. Muhammad Sayid Thanthawi
Penerbit: IRCiSoD
Cetakan: I, Agustus 2013
ISBN: 978-602-255-027-3
Peresensi: Moh. Romadlon, penulis lepas, aktif di kepengurusan TBM Sumber Ilmu Rantewringin, Kebumen. Tinggal di Kebumen