Asal – usul Tahlil
Istilah Tahlil atau Tahlilan ialah untuk mengirim doa kepada orang yang sudah meninggal. “Di Maroko yang 98% penduduknya adalah umat muslim, tidak pernah ditemukan jejak keberadaan hindu maupun budha. Disana tetap ada ritual tiga hari, tuju hari, empat puluh hari, dan seterusnya untuk selamatan kirim doa bagi orang-orang yang baru meninggal. Dengan demikian klaim sebagian kalangan bahwa tahlil berasal dari hindu atau buddha gugur dengan sendirinya” (H. Tosari widjaja Dubes Indonesia untuk Maroko).
Isilah itu karena banyak orang-orang muslim khususnya wilayah Di Indonesia. tetapi banyak pula orang-orang beranggapan bahwa Tahlil itu adalah bid’ah karena di masa Nabi Muhammad SAW tidak adanya istilah tahlil dan di dalam Al-Qur’an pun tidak ada pengertian atau istilah Tahlil akan tetapi didalam hadist ada pengertian dan istilah tahlil.
Tahlil adalah Doa untuk Mayit
قَالَتْ عَائِشَةُ وَارَأْسَاهْ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « ذَاكِ لَوْ كَانَ وَأَنَا حَىٌّ ، فَأَسْتَغْفِرُ لَكِ وَأَدْعُو لَكِ » (البخارى )
“Aisyah berkata: ‘Aduh kepalaku sakit’. Rasulullah bersabda: ‘Jika kamu wafat dan saya masih hidup, maka saya mintakan ampunan untukmu dan akan mendoakanmu” (HR al-Bukhari).
Dalam Hadits diatas menjelaskan bahwa jika kita menjenguk orang sakit atau takziyah orang meninggal, kita setidaknya mendokan orang tersebut. Dalam hadits lain juga menerangkan bahwasanya bersedekah atas nama orang yang meninggal dunia maka orang yang meninggal tersebut mendapatkan pahala.
Sedekah untuk Al-Marhum
وَعَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – . أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – إِنَّ أُمِّى افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا ، وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ ، فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ ». متفق عليه.
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa seseorang bertanya kepada Nabi Saw, “Ibu saya meninggal mendadak. Saya yakin andai ia bisa bicara maka ia akan bersedekah. Apakah beliau dapat pahala jika saya bersedekah atas nama beliau?”. Nabi menjawab, “Ya”. (Muttafaq Alaih)
Hadits diatas menjelaskan jika kita bersedekah atas nama orang yang meninggal dunia maka orang yang meninggal tersebut mendapatkan pahala. Bukan hanya bersedekah dengan uang bahkan dzikirpun termasuk juga sedekah seperti yang dijelaskan oleh Hadits berikut bahwa Dzikir Adalah Sedekah:
إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَة (مسلم )
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya dengan setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap amar makruf adalah sedekah, setiap nahi munkar adalah sedekah.” (HR Muslim)
Pandangan Ulama Wahabi Terhadap Dalil
Ibnu Taimiyah juga memberikan sebuah pandangan tenang bacaan keluarga mayit.
(وَسُئِلَ) عَنْ قِرَاءَةِ أَهْلِ الْمَيِّتِ تَصِلُ إلَيْهِ ؟ وَالتَّسْبِيْحُ وَالتَّحْمِيْدُ وَالتَّهْلِيْلُ وَالتَّكْبِيْرُ إذَا أَهْدَاهُ إلَى الْمَيِّتِ يَصِلُ إلَيْهِ ثَوَابُهَا أَمْ لاَ ؟ (فَأَجَابَ) يَصِلُ إلَى الْمَيِّتِ قِرَاءَةُ أَهْلِهِ وَتَسْبِيْحُهُمْ وَتَكْبِيْرُهُمْ وَسَائِرُ ذِكْرِهِمْ ِللهِ تَعَالَى إذَا أَهْدَوْهُ إلَى الْمَيِّتِ وَصَلَ إلَيْهِ وَاللهُ أَعْلَمُ (مجموع الفتاوى لابن تيمية 24 / 165)
“Ibnu Taimiyah ditanya mengenai bacaan keluarga mayit yang terdiri dari tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Apabila mereka menghadiahkan kepada mayit apakah pahalanya bisa sampai atau tidak? Ibnu Taimiyah menjawab, ‘Bacaan kelurga mayit bisa sampai, baik tasbihnya, takbirnya dan semua dzikirnya, karena Allah Ta’ala. Apabila mereka menghadiahkan kepada mayit, maka akan sampai kepadanya’.” (Majmu’ al-Fatawa XXIV/165)
Originally posted on 3 January 2017 @ 13:51