Tuban, NU Online
Banyak generasi muda yang mulai melupakan makanan khas Nusantara. Satu demi satu sejumlah menu andalan daerah akhirnya hilang dari peredaran. Berganti dengan makanan cepat saji yang sebenarnya kurang baik bagi kesehatan.
Kondisi ini mengundang keprihatinan. “Padahal makanan tradisional sebagai makanan khas daerah merupakan salah satu peninggalan dari nenek moyang yang perlu dikenal, dilestarikan serta dikembangkan,” kata Hj Khoiriyah (29/9). Ketua Pimpinan Anak Cabang Fatayat NU Widang Tuban Jawa Timur ini bahkan menandaskan bahwa makanan tidak hanya berfungsi untuk mempertahankan kesehatan, akan tetapi memiliki fungsi sosial budaya yang dapat dijual dan dipromosikan untuk keperluan peningkatan devisa negara dari sektor non migas.
Akan tetapi di era globalisasi, makanan tradisional muncul berdampingan dengan makanan modern produk negara lain dan bahkan hampir tergusur. “Berbagai faktor yang dapat menyebabkan lunturnya kecintaan akan makanan tradisional antara lain kurangnya pengenalan dan pengetahuan tentang makanan tradisional, adanya perubahan gaya hidup, perkembangan ekonomi, dan gencarnya promosi,” tandas alumnus Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini.
Sadar dengan keadaan ini nampaknya perlu dilakukan langkah-langkah sebagai upaya yang tidak sekedar melestarikan, tapi mempromosikan secara lebih gencar dengan harapan agar makanan tradisional nantinya tetap digemari masyarakat. Bahkan bila dikelola dengan baik tidak hanya member kebanggaan bagi masyarakat lokal hingga manca negara.
Apalagi Kabupaten Tuban yang terletak di pesisir pantai utara memiliki potensi besar untuk pengembangan sektor pariwisata. “Sumber daya alam yang tersedia sangat mendukung kewirausahaan bagi masyarakat, khususnya di sektor kuliner” kata alumnus Pasca Sarjana Universitas Islam Lamongan ini. Tuban yang memiliki menu kuliner beragam, dapat dikembangkan dengan baik tentunya apabila didukung kemampuan masyarakat yang memadai, lanjutnya.
Sehingga pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan, salah satunya dengan memberikan keterampilan sebagai modal membuka sebuah usaha sesuai dengan potensi yang ada. “Hal inilah yang menggerakkan kami menyelenggarakan kegiatan ini,” tandasnya.
Karenanya, semenjak Ahad hingga Senin (28-29/9) dilangsungkan pelatihan tata boga. Kegiatan yang berlangsung di kantor PAC Fatayat NU Widang Tuban ini diikuti sejumlah utusan dari pengurus ranting dan pengusaha kuliner setempat.
Kegiatan yang mengambil tema kreasi aneka masakan tradisional Nusantara ini tidak semata memberikan teori bagi peserta, juga langsung melakukan praktik bagaimana mempersiapkan menu hingga penyajian yang sesuai dengan standar layanan.
Diharapkan dengan kegiatan ini mampu meningkatkan pengetahuan mengenai berbagai masakan tradisional yang ada di Tuban. Demikian juga yang tidak kalah penting adalah melestarikan budaya tradisional bangsa melalui kuliner.
“Dari pelatihan intensif ini diharapkan akan mampu meningkatkan keterampilan di bidang kuliner dengan sumber daya lokal yang ada,” katanya. Yang juga tidak dilupakan selama kegiatan peserta selalu didorong serta dimotivasi untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui keterampilan di sektor kuliner.
Karena para peserta adalah utusan dari sejumlah kepengurusan ranting maupun masyarakat yang memiliki usaha kuliner, maka diharapkan mereka juga bisa menularkan keterampilan yang diperoleh selama pelatihan kepada komunitas setempat. “Agar pengetahuan dan pelatihan ini bisa lebih memberikan manfaat kepada masyarakat secara lebih luas,” pungkasnya.