Penulis: Dalliya HQ
Beberapa orientalis menyematkan tuduhan kepada Muhammad saw. Bahwa ia hanya memakaikan baju agama dan membuatnya seolah-olah perintah Tuhan pada keyakinan akan yang ghaib, tradisi, dan ritual yang sudah ada. Karena beliau tidak mampu memberangus semua itu.
Dengan kata lain, Nabi Muhammad saw. hanya menambahkan keyakinan tertinggi akan Tuhan personal yang maha kuasa pada keyakinan ghaib orang Arab pada masa itu. Pada era pra Islam, orang Arab selalu mempercayai sihir, jin, dan keyakinan sejenisnya. Di sisi lain, mereka juga melestarikan ritual leluhur berupa tawaf dan menyucikan Kakbah dan ritual haji lainnya.
Barangkali, tuduhan ini berangkat dari dua asumsi keliru yang mereka paksakan.
Pertama, Muhammad bukan nabi.
Kedua, sisa-sisa ajaran Ibrahim yang sedang kita bicarakan ini adalah kreasi tradisi yang orang Arab modifikasi sendiri seiring berkembangnya zaman.
Baca Juga: Jangan Asal Menghukumi, Ini Konsep Dasar Tasyabbuh
Tuduhan kepada Muhammad
Tradisi pengagungan Kakbah bukanlah sisa ajaran Ibrahim yang diperintahkan oleh Tuhannya, tetapi hanya tradisi bentukan lingkungan Arab. Jadi pengagungan Kakbah itu hanya salah satu dari aneka ragam tradisi Arab saja.
Agar dua asumsi ini tidak lemah dan rapuh, mereka mengabaikan bukti-bukti sejarah yang sudah sangat jelas menghalangi dan membuka kekeliruan mereka.
Hanya saja, seperti sudah diketahui bersama bahwa seorang peneliti tidak akan sampai pada kesimpulan yang benar bila sejak semula dia hanya mengikuti asumsinya sendiri. Jadi penelitian semacam ini hanyalah sebuah penyelewengan konyol.
Untuk itu, kita harus mempertimbangkan semua dalil aqli (indikasi logis) dan peristiwa sejarah ketika berupaya mencapai sebuah kesimpulan yang benar. Ini bila kita memang hanya mau mengungkap fakta sebenarnya. Bukan hendak membohongi diri sendiri dan orang lain dengan menggiring opini pada pola pikir tertentu yang difanatiki.
Kita tidak mungkin mengabaikan bukti-bukti kenabian Muhammad saw. yang beraneka ragam, hanya untuk membenarkan asumsi bahwa beliau bukan nabi. Seperti penampakan wahyu, kemukjizatan Al-Qur’an, keserasian dakwah Nabi Muhammad saw. dengan dakwah para Nabi sebelumnya, dan kombinasi sifat dan karakter beliau.
Kita juga tidak mungkin mengabaikan teks-teks kitab samawi hanya untuk menerima asumsi bahwa sisa-sisa ajaran Ibrahim pada masa jahiliah cuma kreasi tradisi Arab. Apalagi hanya untuk menuduh Nabi Muhammad saw. hanya melabeli tradisi itu dengan banderol agama.
Kunjungi kajian dakwah islam kami di laman facebook aswajamuda.com
Kitab Samawi Membenarkan Nabi Muhammad
Teks-teks kitab samawi itu sudah dibenarkan dan dibawa oleh sejarah secara turun temurun. Seperti sejarah pembangunan Kakbah oleh Nabi Ibrahim a.s. berdasarkan perintah wahyu. Lalu adanya Nabi-nabi yang diutus silih berganti untuk mengajak mengesakan Allah, mengimani hal-hal ghaib (seperti hari kebangkitan dan pembalasan, surga, dan neraka).
Sebaiknya kita tahu, ada orang-orang yang lebih senang condong pada asumsi ini (juga para pengikut mereka) tanpa disertai bukti apapun. Mereka hanya menuliskan pemaparan panjang, hanya itu.
Jika kamu mau aku memberi contoh salah satu dari mereka, cobalah kamu baca buku The Structure of Religious Thought in Islam. Terbit pertama dalam bahasa Inggris tahun 1948 dan dalam bahasa Arab tahun 1959. Karangan seorang orientalis Inggris, H.A. R. Gibb. Di situ kamu akan mendapati apa pengaruh fanatik buta pada penulis dan orang-orang semacamnya. Kefanatikan kuat yang mendorong seseorang meninggalkan prinsip kehormatan—kejujuran ilmiah—demi keengganannya tunduk pada bukti dan fakta yang sudah sangat jelas.
Referensi: Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah, (Mesir: Dar al-Salam, 2021), Hal. 61-62
Penulis: Dalliya HQ
Sumber: https://aswajamuda.com/sirah-nabawiyah-21-tuduhan-kepada-muhammad-menyempurnakan-ajaran-jahiliyah/