Jombang, Merebaknya isu radikalisme di kalangan remaja harus disikapi dengan bijak. Termasuk bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Harus dicari berbagai strategi untuk menangkalnya. Itulah yang dilakukan Musyawarah Guru Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) SMK Kabupaten Jombang. Organisasi ini menggelar Pesantren Kreatif Ramadhan atau KIR. Kegiatan selama dua hari (7-8/7) digelar di SMK 10 Nopember Jombang dengan 197 peserta.
Salah seorang nara sumber, KH. Ahmad Musta’in Syafi’i memaparkan bahwa Indonesia adalah negeri penuh dengan berbagai keberagaman di dalamnya, baik agama, suku, bahasa, adat istiadat ataupun lainnya. Di sisi lain, Islam disebarkan penuh dengan kasih sayang. Itulah yang disebut dengan Islam sebagai ajaran rahmatan lil ‘alamin. Bukan dengan perang dan pedang. “Ini yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat memimpin Madinah, sebuah kota pertama di dunia yang berperadaban tinggi,” kata kyai dari Pesantren Tebuireng ini, Selasa (7/7).
Untuk itu, lanjut penulis buku Tafsir Quran Bahasa Koran ini, diperlukan kearifan untuk saling bertoleransi. Bukan malah sikap memaksakan. “Jika agama dipaksakan, kok seolah-olah yang butuh agama adalah Tuhan,” katanya.
Dosen Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY) Tebuireng ini menekankan sebuah kemantapan dalam memahami nilai keberagamaan. Bukan pada pertimbangan logika. “Tuhan pun akan marah jika manusia memaksakan agama. Sebagai pemilik agama, Tuhan tidak suka dengan orang yang bersikap radikal dalam beragama,” imbuhnya.
Hal senada juga diungkapkan KH. Nur Hadi. Kyai muda yang dikenal dengan nama Mbah Bolong ini menggarisbawahi bahwa problematika yang dihadapi remaja sangat banyak. Di jaman modern ini, remaja tidak mustahil terjebak kepada ideologi-ideologi yang aneh. “Baik bersumber dari dalam diri maupun dari luar,” ujarnya.
Remaja saat ini, lanjutnya, akan berhadapan langsung dengan berbagai godaan sosial dari manusia yang ada di dalamnya. “Termasuk juga berbagai godaan dari setan dan nafsu sendiri,” imbuhnya.
Mbah Bolong mengidentifikasi bahwa jiwa remaja juga menjadi faktor penyebab terjebaknya remaja ke dalam ideologi radikal. “Ini disebabkan karena masa remaja penuh dengan dorongan memenuhi rasa ingin tahu dan coba-coba,” ujarnya.
Sebagai langkah antisipasi, Mbah Bolong mendorong remaja untuk selalu menimba ilmu. “Mengajilah kepada para ahlinya agama dan cari informasi seluas-luasnya tentang apa yang akan dilakukan,” imbuhnya. Pengasuh Pesantren Falahul Muhibbin Watugaluh Jombang ini juga mengajak para remaja untuk selalu berpegang teguh kepada ajaran Islam. “Ini agar hidup di dunia bisa selamat di akhirat kelak,” pungkasnya.