Penulis: Dr. KH. M. Afifudin Dimyathi, Lc., M.A.
Dalam bahasa Arab, fungsi utama huruf Athaf adalah untuk menggabungkan lafadz yang mengikuti (ma’thuf) dengan lafadz yang diikuti (ma’thuf alaih), hukum lafadz yang diathafkan sama dengan ma’thuf alaihi dalam i’rab, singkatnya adalah jika ma’thuf alaihi dibaca rofa’ maka ma’thuf dibaca rofa’ juga, jika ma’thuf alaihi dibaca jazam maka ma’thuf juga dibaca jazam dan seterusnya.
Hanya saja, di dalam Al Qur’an ada ayat yang menyelisihi aturan yang berlaku ini, dan penyelisihannya itu mempunyai faidah balaghah yang luar biasa banyaknya, sehingga dimasukkan dalam katagori al ibda’.
Ayat tersebut adalah Ali Imran: 111.
لَنْ يَّضُرُّوْكُمْ اِلَّآ اَذًىۗ وَاِنْ يُّقَاتِلُوْكُمْ يُوَلُّوْكُمُ الْاَدْبَارَۗ ثُمَّ لَا يُنْصَرُوْنَ
“Mereka tidak akan membahayakan kamu, kecuali gangguan kecil saja, dan jika mereka memerangi kamu, niscaya mereka mundur berbalik ke belakang (kalah). Selanjutnya mereka tidak mendapat pertolongan”
Sebagaimana dipahami, bahwa rangkaian kalimat
(يُوَلُّوكُمُ الْأَدْبَارَ)
adalah jawaban dari kalimat syarat
(وَاِنْ يُّقَاتِلُوْكُمْ)
Sehingga kalimat (يُوَلُّوكُمُ الْأَدْبَارَ) dibaca jazm (dengan membuang huruf nun), tetapi yang unik adalah rangkaian huruf athaf dan ma’thuf (ثُمَّ لَا يُنْصَرُون) dalam ayat ini menyelisihi aturan yang biasa diberlakukan, aturannya adalah harus dibaca jazm karena diathafkan pada kata (يُوَلُّوكُمُ), dan ternyata dalam penggunaan Al Qur’an tidak dibaca jazam, namun tetap dibaca rofa’ dengan bukti bahwa huruf nun nya masih ada (يُنْصَرُون).
Keberadaannya yang tetap dibaca rafa’ tanpa membuang huruf nun ini ternyata malah menambah delapan keistimewaan sekaligus dan menjelaskan kandungan makna ayat tersebut dengan lebih lugas.
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan gangguan-gangguan lisan yang dilayangkan tokoh-tokoh Yahudi kepada Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya yang telah beriman kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat ini menegaskan bahwa gangguan mereka hanyalah gangguan kecil berupa ancaman dan bullying saja, karena jika mereka memerangi kaum muslim mereka pasti lari berbalik mengalami kekalahan, lalu mereka tidak akan mendapatkan kemenangan.
Penggunaan kata (ثُمّ) yang tidak berfungsi sebagai athaf pada kalimat sebelumnya, menunjukkan berbagai makna baik tersurat maupun tersirat yang ditangkap oleh para ulama balaghah.
Mereka mengatakan bahwa ayat ini mengandung seni ” ibda’ “, karena hanya dengan menyelisihi aturan pada (ثم), didapatkan berbagai aspek keindahan dan rahasia makna yang luar biasa.
Rangkaian kalimat (ثُمَّ لَا يُنْصَرُون) yang terdiri dari huruf athaf (ثُمّ) ini oleh para ulama nahwu dianggap sebagai kalimat isti’nafiyah yaitu kalimat awal yang tidak berkait dengan kalimat sebelumnya dalam segi i’rab.
Rangkaian ini mengandung beberapa segi balaghah berikut:
- At Tankiit, karena perafa’annya mempunyai faidah tertentu dan rahasia keindahan.
- Al Ihtiras, untuk mencegah pemahaman bahwa mereka tidak mendapat pertolongan itu hanya terjadi pada masa itu saja, melainkan mereka tidak akan mendapat pertolongan sampai kapanpun dalam berbagai situasi. Karena jika diathafkan maka hanya terkait dengan kejadian “memerangi” yang disebut sebelumnya. Dengan kata lain, penegasian pertolongan hanya pada kejadian itu saja. ketika tidak diathafkan, maka penegasian pertolongan berlaku sepanjang masa di berbagai situasi.
- Al Muqaaranah, karena dalam kalimat ini ada penggabungan beberapa keindahan.
- Al Iidhah, karena mengandung penjelasan yang gamblang.
- At Takmiil, karena kalimat (ثُمَّ لَا يُنْصَرُون) menyempurnakan makna ayat menjadi lebih luas jangkauan maknanya.
- Husnu an Nasaq, karena terangkai dengan huruf athaf dengan fungsi yang sempurna.
- At Tarsyiih, karena penggunaan (ثُمَّ لَا يُنْصَرُون) menghantarkan makna yang diinginkan.
- Al Idmaaj, karena penggunaan kalimat ini seakan memasukkan sebuah tujuan pada tujuan, atau sebuah keindahan pada keindahan.
Inilah beberapa keindahan Balaghah yang terdapat pada rangkaian (َثُمَّ لَا يُنْصَرُون), dan jika digabungkan dengan rangkaian sebelumnya masih ada keindahan iijaz, husnul bayan, at ta’liq, iftinan, iighal, muthobaqah ma’nawiyah dll. Disamping juga menjaga keserasian fashilah untuk tetap berakhiran huruf nun, karena jika aturan athaf ditetapkan maka akan dibaca ثُمَّ لَا يُنْصَرُوا, hal ini mengingat ayat sebelumnya berfashilah (َالفَاسِقُون) dan ayat sesudahnya berfashilah (يعْتَدُوْنَ).
Maha Indah Kalam Allah.