Kotaraja — BKMM atau Badan Koordinasi Masjid dan Mushalla se Kota Raja Papua menyelenggarakan daurah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Kegiatan diselenggarakan sejak tanggal 6 hingga 8 November di Masjid al-Ihsan Perkutut Cigombong.
“Ancaman terhadap eksistensi Aswaja di kawasan ini cukup mengkhawatirkan,” kata KH Abdurrahman Navis, Sabtu (7/11). Salah seorang narasumber pada kegiatan ini menandaskan bahwa sejumlah indikasi keterancaman tersebut kian terasa.
“Mulai dari gampangnya sebagian kelangan yang mengatasnamakan kelompok Islam tapi menyalahkan berbagai amaliyah yang sudah mentradisi di masyarakat,” kata Wakil Ketua PWNU Jatim ini. Oleh karena itu, penguatan terhadap berbagai tradisi islami selama ini harus semakin dimantapkan, lanjutnya.
Selama kegiatan, para peserta mendapatkan penjelasan seputar firqah-firqah yang melanda umat Islam. “Dari mulai sebab dan sepak terjang Khawarij, Syiah, Mu’tazilah, Murjiah, Qadariyah, Salafi, Wahabi, hingga Hizbut Tahrir Indonesia,” kata Direktur PW Aswaja NU Center Jatim ini.
Ustadz Fathul Qodir yang juga tampil sebagai pemateri mengemukakan bahwa ada sekitar 150 peserta yang menghadiri kegiatan daurah ini,
“Mereka adalah perwakilan dari sejumlah pengurus masjid, mushalla, asatidz dan asatidzah dan aktifis organisasi sosial kemasyarakatan. Bahkan hadir pula sejumlah dosen dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri atau STAIN setempat,” kata alumnus pasca sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Materi lain yang disampaikan adalah pengertian Aswaja dengan sejumlah ciri khas yang dimiliki, termasuk keharusan bermadzhab. “Yang sangat penting adalah materi seputar amaliyah yang menjadi ciri khas Islam Nusantara dari mulai upacara tingkepan dan metoni,” terangnya. Juga tradisi kematian mulai mengiringi jenazah, talqin mayit, ziarah kubur, tahlilan, tawassul, serta tabarruk, lanjutnya. ri besar Islam, manakib nabi, isra’ mi’raj, haul dan sebagainya tak luput disampaikan.
“Mayoritas peserta sangat membutuhkan materi tersebut yang juga memang menjadi sasaran empuk dari kalangan ekstrim yang mempersoalkannya,” kata pengurus PW Aswaja NU Center Jatim ini.
Diharapkan usai daurah, peserta dapat memiliki keyakinan atas landasan amaliyah islami yang selama ini berlangsung di masyarakat. “Mereka yang nantinya akan menjadi pendamping masyarakat untuk memberikan penjelasan terkait tradisi islami yang telah berlangsung lama,” pungkas KH Abdurrahman Navis. (A Nabil Mubarak)