Jombang,
Sejak tahun 1971, perempuan ini sudah menjadi anggota DPRD Jombang. Periode berikutnya, 1997 hingga 2012 menjadi anggota DPRD Jawa Timur. Hingga tahun 2018 dipercaya sebagai Wakil Bupati Jombang. Dan pagi ini, Nyai Hj Mundjidah Wahab akan dilantik sebagai Ketua PC Muslimat NU Jombang.
Dalam sebuah kesempatan pertemuan halal bihalal alumni PC IPNU dan IPPNU Jombang, ada undangan yang mengatakan, “Andai saja mau, mestinya Bu Nyai Mundjidah Wahab sudah punya perusahaan besar karena menjadi anggota dewan sejak muda. Tapi karena kecintaan kepada organisasi, keinginan memperkaya diri diacuhkannya.”
Dan masih dalam sambutan di acara tersebut, Bu Mun, sapaan akrabnya mengemukakan bahwa tidak ada keinginan bagi dirinya memperkaya diri. Sejumlah dana yang harus diberikan kepada konstituen, disampaikan dengan pelaporan yang dapat dipertangungjawabkan. “Dari mulai menyediakan seragam, papan nama untuk kepengurusan GP Ansor, Fatayat, Muslimat, IPNU, IPPNU dan kegiatan lain,” katanya. Dana itu juga harus dibagi sesuai Dapil atau daerah pemilihan tempat ia terpilih sebagai wakil rakyat, yakni Kota dan Kabupaten Mojokerto, Madiun, Kabupaten Jombang, serta Nganjuk.
Baginya, tugas para aktifis NU adalah memberikan perhatian kepada sejumlah kegiatan dan kebutuhan para kader. “Semua bisa, andai saja ada kemauan,” ungkapnya.
Aktis Sejak Muda
Nama lengkap perempuan ini adalah Nyai Hj Mundjidah binti KH Abdul Wahab Hasbullah. Ia dilahirkan di Jombang tepatnya tanggal 22 Mei 1948. Abahnya adalah seorang ulama besar yakni penggagas, pendiri dan penggerak Nahdlatul Ulama (NU). Bu Nyai Mundjidah, demikian sebagian orang menyapa, lahir dan dibesarkan dalam tradisi dan kultur pesantren yang menghargai perbedaan.
Melalui NU dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), aktualisasi semangat tersebut dilakukan secara konsisten dan berlangsung hingga saat ini. Konsistensi perjuangan inilah yang telah membentuk karakter pribadi yang kuat dan telah teruji dalam berbagai rezim politik, sekaligus sebagai pembeda dengan para politisi yang lain.
Bu Mun adalah simbol perempuan aktif di Jombang. Putra kesembilan dari pasangan Mbah Wahab dengan Nyai Hj Rahma ini telah menjadi saksi perjalanan bangsa. Ghirah perjuangan dari sang abah telah menitis dalam sanubarinya. Sehingga meski usia masih belia, sudah turut aktif di garda depan perjuangan. Tahun 1965 pada tragedi berdarah G30S/PKI, ia memiliki andil yang tidak kecil dalam melawan kekejaman kaum sosialis atheis tersebut bersama elemen bangsa yang lain karena saat itu aktif sebagai Bendahara KAPPI Cabang Jombang.
Berproses di NU bukan menjadi sesuatu yang baru karena sudah kenal jam’iyah ini sejak bocah. ”Abah selalu mengajak anak-anak mengikuti ke mana saja ada kegiatan NU, utamanya saat ada muktmar,” kenangnya.
Organisasi Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) diikuti sejak dini dan akhirnya dipercaya menjadi ketua (1965-1968). ”Banyak kenangan manis semasa berproses di IPPNU,” katanya dengan senyum khasnya. Di antaranya, bagaimana senantiasa menjaga semangat pantang menyerah dalam berjuang, membesarkan panji NU, berkeliling dari kepengurusan anak cabang hingga ranting. ”Bahkan saya datang ke pelosok desa dengan hanya bermodalkan sepeda pancal,” katanya. Tidak jarang bersama teman aktifis yang lain mencukupkan dengan berjalan kaki. ”Semua itu menjadi pondasi yang kokoh bagaimana berkiprah di NU,” katanya. Sehingga buah dari berproses tersebut telah menjadikan semangat berjuang di jam’iyah masih tetap berkobar hingga kini, lanjutnya.
Berkhidmat di NU terus dijalani hingga kini. Selepas dari IPPNU langsung aktif dalam organisasi keputrian NU yaitu Fatayat (1969-1972). Awal bergabung dengan Fatayat, langsung dipercaya masuk dalam jajaran pengurus harian, tepatnya menjadi Ketua II PC Fatayat NU Jombang. Dan berbekal pengalaman memimpin IPPNU, selang enam tahun (1978-1983) dipercaya menjadi Ketua PC Fatayat NU Jombang. Dan di tengah khidmat itu (1973-1978) juga dipercaya untuk masuk dalam jajaran kepengurusan harian PC Muslimat NU Jombang sebagai sekretaris.
Baru pada tahun 1984, Mundjidah muda diberi mandat memimpin PC Muslimat NU Jombang untuk kali pertama. ”Namun dengan adanya peraturan larangan rangkap jabatan, buah dari Muktmar Situbondo, maka posisi itu harus saya tanggalkan,” ungkapnya. Ya karena pada saat bersamaan, ia masih menjadi anggota DPRD Jombang dari PPP. Dan baru pada 1999 untuk kali kedua, posisi
Ketua PC Muslimat NU Jombang dipercayakan kepadanya.
Belajar dari Pengalaman
Pengalaman berorganisasi menjadikan Bu Mun semakin memahami karakter masyarakat, khususnya warga NU. Kemampuan berorganisasi telah menghantarkannya duduk di kursi wakil rakyat sejak 1971 hingga 2012. Berawal dari Fraksi NU DPRD Kabupaten Jombang (1971-1977) berlanjut selama tiga periode aktif di Fraksi Persatuan Pembangunan DPRD Kabupaten Jombang. ”Ini sebagai buah kebijakan fusi partai pada masa penguasa Orde Baru yang meleburkan Partai NU ke dalam PPP,” katanya. Dan mulai 1997 hingga 2012 aktif di DPRD Jawa Timur dalam Fraksi Persatuan Pembangunan serta sekarang hingga 2018 menjadi Wakil Bupati Jombang.
Meskipun dipercaya umat menjadi anggota dewan, kegiatan di pesantren tetap dilakukan. Bu Nyai Mundjidah adalah pengasuh asrama Lathifiyyah 2 dan juga Wahabiyyah di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Demikian juga kegiatan di luar tetap tidak dikendorkan. Kendati usia telah menginjak kepala tujuh, namun yang melekat dari dirinya adalah tetap energik dalam beraktifitas.
Dulu, saat posisinya sebagai Ketua PC Muslimat NU Jombang dan sekaligus anggota DPRD Jawa Timur, tetap mengharuskannya mampu membagi waktu dengan baik. ”Menjadi imam rawatib bagi santri, tetap saya usahakan,” katanya. Dan dengan pengalaman berorganisasi yang telah lama dilakoni, membuat dia bisa membagi waktu dengan baik.
Dan siang ini, Ahad (23/8/2015) di ballroom Hotel Yusro Jombang, ia bersama kepengurusan PC Muslimat periode 2015 hingga 2020 akan dilantik. Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa akan memimpin prosesi ini dan memberikan pengarahan. Selamat berkhidmat Bu Nyai Mundjidah Wahab.
Originally posted on 1 September 2015 @ 09:00