Syekh Samir: Wahabi Sangat Berbahaya
Surabaya — Umat Islam Indonesia harus belajar dari sengkarut yang terjadi di Timur Tengah. Jangan sampai kondisi damai yang ada di negara ini justru rusak karena hadirnya ajaran yang menyimpang, utamanya Wahabi.
Peringatan ini disampaikan narasumber utama Dauroh Aswaja Internasional lil Gawagis, Alhabib Syekh Samir bin Abdurrahman al-Khauli al-Rifai al-Husaini. “Jaga Indonesia dari pengaruh ajaran yang menyimpang dari Ahlussunnah wal Jamaah. Kita jaga teguh ajaran yang penuh keteduhan ini jangan sampai diganggu dengan aliran ekstrim,” katanya, Ahad (13/3).
Dengan pengantar menggunakan bahasa Arab, bagi Syekh Samir, Islam menyebar di negeri ini tanpa kekerasan apalagi pertumpahan darah. “Islam datang ke Indonesia lewat perdagangan. Dan karena akhlak pembawanya akhirnya menimbulkan simpati sehingga masyarakat berbondong-bondong memeluk Islam,” ungkapnya. Selanjutnya, syekh dari Lebanon ini mengingatkan jangan sampai di negeri ini justru akan terjadi pertumpahan darah lantaran kemunculan aliran yang gemar mengafirkan antar kelompok seperti yang dilakukan Wahabi.
“Tugas (menebar kedamaian) ini ada di pondok pesantren masing-masing peserta (dauroh) untuk saling bersinergi menjaga kondisi negeri agar tetap damai,” terangnya.
Oleh karena itu, syekh yang datang dengan mengenakan farwa atau baju kebesaran berwarna kuning emas tersebut mengingatkan peserta untuk menjaga diri agar tidak mudah terpengaruh golongan Wahabi yang bertentangan dengan Aswaja. “Kita harus selalu mengingatkan akan bahaya mereka (Wahabi),” katanya dengan suara lantang.
Sebagai bukti, Syekh Samir memaparkan bahwa dalam sejarahnya mereka mengaku dirinya sebagai Salafi atau pengikut ulama salaf. “Tapi pengakuan itu adalah dusta,” sergahnya. Karena dalam perjalanannya, ketika kelompok ini menguasai sebuah negara dan akan menyatukan dalam sebuah barisan, padahal yang dilakukan adalah mengakirkan bahkan membunuh kelompok muslim lain.
“Apa yang dilakukan mereka adalah memorak-porandakan sebuah negara dan kemanusiaan,” katanya. Kepada negara dan kawasan yang dimasuki, Wahabi akan menebarkan bom, bunuh diri, takfir atau mengafirkan siapa saja yang tidak sepaham, lanjutnya.
“Untuk di Indonesia, Wahabi kerap mendirikan pesantren, lembaga kursus komputer yang di dalamnya mendoktrinkan ajaran ekstrim yang justru bertentangan dengan Aswaja,” jelasnya. Karena itu Syekh Samir menyarankan agar jangan sampai mempercayakan pendidikan dan keterampilan generasi muda kepada mereka yang justru nantinya akan menentang Aswaja.
Di akhir ceramahnya, syekh mengajak peserta untuk menirukan kalimat yang diucapkan terkait tauhid, bahwa tiada sesuatu yang menyerupai-Nya (Allah). “Allah ada tanpa tempat,” pungkasnya dengan bahasa Indonesia yang fasih. Syaifullah/Danis