Bangkalan – Makin maraknya aliran dan pemahaman masyarakat yang tidak sefaham dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah Nahdlatul Ulama (Aswaja NU) dikhawatirkan akan memunculkan pemahaman yang berujung lahirnya gerakan radikal. Karenanya, generasi muda harus mendapatkan pembekalan pemahaman Islam yang benar.
“Kalau disadari lebih mendalam, pemahaman dan tafsir yang salah terhadap ajaran agama juga akan dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata KH Abdurrahman Navis, Ahad (6/12). Karena itu sejak awal, para generasi muda khususnya kader NU harus dibekali dengan pemahaman yang benar terkait hal tersebut, lanjut Kiai Navis, sapaan akrabnya.
Direktur PW Aswaja NU Center Jatim ini kemudian mengemukakan bahwa kemunculan gerakan radikal yang mengatasnamakan agama adalah bukti jelas bahwa terdapat pemahaman yang salah dan hal tersebut disebabkan antara lain lewat cara belajar agama Islam secara instan.
“Karena itulah khusus di Bangkalan Madura, kami menggiatkan kembali daurah Aswaja secara berkala,” kata Wakil Ketua PWNU Jatim ini. Kegiatan tersebut hasil kerjasama antara PCNU dan PC Aswaja NU Center Bangkalan dengan PW Aaswaja NU Center Jatim.
Peserta kegiatan yang berlangsung dua hari sejak Sabtu hingga Ahad (5-6/12) tersebut adalah pengurus MWC NU se-Bangkalan, termasuk pengurus lembaga dtambah dengan utusan dari sejumlah pesantren.
“Tabbarukan, kegiatan daurah dilaksanakan di Pondok Pesantren Syaichona Cholil yang diasuh KH Fachri Sychol,” terang dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Daurah menghadirkan empat narasumber yakni Ustadz Makruf Khozin, Ustadz Faris Choirul Anam, Ustadz Fathul Qadir serta KH Abdurrahman Navis.
“Seperti layaknya modul yang sudah menjadi panduan dasar dalam kegiatan daurah, selama kegiatan para peserta menerima materi terkait dengan firqah dalam Islam. Demikian pula pengertian dan definisi Aswaja NU,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Surabaya ini.
Materi berikutnya adalah kekhasan dari Aswaja NU, fikrah nahdliyah, amalaiyah nahdliyah dan jawaban atas keraguan banyak kalangan terhadap amaliyah warga. “Seperti bagaimana keabsahan dalil dari tahlil, istigatsah, tawassul dan sebagainya yang tradisi tersebut telah menjadi amaliyah warga NU,” pungkas Kiai Navis. (Syaifullah)