UIN Kuatkan Kajian Kearifan Lokal Ajaran Walisongo, Semarang – Dalam rangka mewujudkan visi sebagai kampus riset, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo akan memperkuat basis penelitian yang informatif, tepat guna dan bermanfaat bagi masyarakat. Salah satu basis kajian yang akan digarap oleh UIN adalah penguatan kajian kearifan lokal (local wisdom) yang banyak ditinggalkan oleh penyebar Islam Jawa, yaitu Walisongo.
Demikian disampaikan Dr H Sholihan MAg, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) saat membuka Rapat Koordinasi Pengurus Pusat Pengkajian Islam dan Budaya Jawa (PPIBJ) di Metting Room Kampus I (21/3/2016). Ajaran dan peninggalan Walisongo sangat tepat untuk diungkap kembali sebagai khazanah Islam Nusantara yang mampu berdampingan dengan masyarakat.
“Model Islam damai yang dimiliki Walisongo adalah potret wajah Indonesia masa lalu yang perlu diterapkan di masa sekarang” tegas dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi ini. Kalau selama ini Walisongo hanya dipahami sebagai dongeng dan berbau mistik, riset tentang Walisongo ke depan perlu dikembangkan lebih mendetail hingga teknologi dan sains era Walisongo.
PPIBJ yang dimiliki UIN Walisongo ini diharapkan mampu membidani lahirnya Walisongo Corner, dimana seluruh informasi tentang Walisongo akan dijawab oleh pusat kajian ini. Potensi untuk mengungkap kembali manuskrip Jawa klasik, kitab kuno karya ulama Jawa dan kajian kontemporer perlu disatukan dan diungkap menjadi data akademik yang mudah dipahami masyarakat luas.
Pengembangan kerjasama dalam penelitian Walisongo sudah menjadi komitmen UIN bersama dengan Paguyuban Pemangku Makam Auliya (PPMA) se-Jawa. Dan penelitian tentang Sunan Muria sudah dimulai tahun kemarin dengan basis pendekatan kajian secara akademis. “Harapan ke depan adalah semakin banyak penelitian yang mengupas sisi sains teknologi yang berkembang saat Walisongo memperjuangkan Islam tanah Jawa” imbuhnya.
Menanggapi hal itu, Ketua PPIBJ Drs H Anasom MHum menegaskan komitmen untuk melakukan kajian kewalisongoan. Selama ini, aktivitas penelitian yang sudah dijalankan akan diarahkan menuju basis kajian filologi dengan mengungkap khazanah masa lalu. Hari ini yang penting adalah perlunya kesadaran membaca teks Jawa, pegon, kitab yang ditulis berdekatan dengan masa Walisongo.
“Kalau kajian Islam Jawa ini dikuatkan, maka UIN akan menjadi kampus panutan dalam melakukan rasionalisasi sejarah Walisongo yang selama ini masih didominasi mistik” tegas Anasom. Arah kajian lembaga PPIBJ ini membutuhkan keseriusan dalam memburu naskah kuno, digitalisasi, kajian rutin dan terjun ke lapangan dalam memperkaya data.
Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M Dr Syamsul Ma’arif MAg menyatakan bahwa penelitian dosen UIN memang perlu difokuskan pada area konsentrasi keilmuan dengan membentuk pusat-pusat studi seperti PPIBJ. Dosen yang sudah fokus kajian Islam Jawa diharapkan mampu mewujudkan mimpi besar ini. Dan tidak menutup kemungkinan riset Walisongo akan diorientasikan mengembangkan disiplin ilmu lainnya dengan membentuk pusat studi yang akan mengembangkan pada aspek ekonomi, hukum, komunikasi, pendidikan dan saintek. Rikza/Danis