Oleh M. Rikza Chamami (Dosen UIN Walisongo)
Berikut ini adalah pesan hikmah Maulud Nabi yang disampaikan oleh Habib Umar Muthohar saat menyampaikan mauidzah hasanah Maulud Nabi di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Kamis 24 Desember 2015.
Banyak orang menyebutkan bahwa peringatan maulud Nabi itu bid’ah. Yang dimaksud bid’ah karena tidak dijalani oleh para shahabat. Para shahabat tidak melaksanakan maulud karena masih mendengarkan langsung pesan Nabi dan masih ketemu Nabi.
Maulud yang kita peringati ini adalah menghormati, mahabbah kepada Nabi yang kita tidak pernah berjumpa, maka kita diperjumpakan dengan mulut atau kisah-kisah mulianya. Bayangkan kalau sudah tidak ada peringatan maulud Nabi, bagaimana kita bisa mengenal dan mencintainya.
Kalau ada yang menyebut maulud Nabi itu bid’ah ya memang bid’ah ndilalah (Jawa: kebetulan). Kebetulan bid’ahnya baik dan sangat bermanfaat. Nyatanya dimana-mana orang memperingati maulud. Semalam di Istana Merdeka para petinggi negara Indonesia menggelar maulud. Di keraton juga ada mauludan. Jadi yakinlah bahwa maulud Nabi itu bid’ah ndilalah yang sangat mulia dan bermakna. Jangan khawatir dan takut merayakannya.
Kalau kita buat maulud, kenapa mereka banyak mulut (menyalah-nyalahkan). Yang penting adalah bagaimana kita menguatkan cinta pada Nabi kita.
Kecintaan kita kepada artis boleh, tapi mereka tidak bisa menolong kita di akhirat.
Kecintaan kita pada sang idola pemain bola boleh, tapi mereka tidak dapat memberi syafa’at di akhirat.
Tapi kecintaan kita pada Nabi Muhammad sangat jelas bahwa belia akan memberi syafaat di hari qiyamat kelak.
Maka cinta kepada Nabi harus utuh. Cinta pada istri Nabi, cinta anak Nabi, cinta pada keluarga Nabi, cinta shahabat dan cinta pada seluruh umat Nabi Muhammad.
Imam Sya’roni Radliyallahu ‘Anhu menceritakan bahwa perjuangannya mendapatkan fitnah, halangan dan rintangan yang sangat berat. Ia bernafsu ingin membalas. Tapi ia menahan untuk tidak membalas. Kenapa? Karena ia tahu bahwa yang melawannya adalah umat Muhammad. Saking hormatnya Imam Sya’roni pada umat Muhammad maka ia tidak membalas apapun.
Beda dengan kita, ditampar pipi kanan, kita akan membalas lebih dengan menampar pipi kanan dan kiri. Kalau kelas Nabi ditampar pipi kanan, maka pipi kiri dikasihkan untuk ditampar kembali pada orang yang menyakitinya.
Jadi apapun perintah Nabi harus kita lakukan dan tidak boleh kita bantah. Sebab dengan itu kelak kita akan mendapatkan syafaat Nabi.
Saat kita berjalan di shiratal mustaqim seperti orang kena asam urat (Jawa: ketemek-ketemek), Nabi akan menolong dengan syafa’atnya sehingga kita bisa berjalan cepat menuju surga.
Dan kita harus sadar bahwa Nabi Muhammad yang tidak punya dosa masih istighfar sehari 100 kali. Pantasnya kita yang banyak dosa beristighfar 1.000.000 kali sehari sambil menanti syafaat Nabi.
Setiap agama punya hari raya dan hari istimewa yang spesial. Maulud Nabi itu hari istimewa bagi umat Islam. Dan besok (25 Des) saudara kemanusiaan kita juga punya hari raya yang dirayakan.
Pasnya jadi orang Islam itu harus alim (pinter) dan akhlaq mulia. Kalau pinter tapi tidak berakhlak akan hancur.
Sebab yang dilihat manusia itu adalah akhlaqnya. Bersurban besar dan berjenggot panjang tidak menjamin kealiman, maka akhlak itu penting.
Bagaimana mengamalkan qaimun bi huquqillah wa qaimun bi ibadillah, menyambung hubungan dengan Allah dan pada manusia secara seimbang.
Jangan sampai jadi orang alim tapi mulutnya suka menyebar fitnah, memecah belah. Mulut harus dijaga dengan kalimat thayyibah agar kita menjadi manusia yang mulia. Sebab harga diri manusia tergantung pada ucapan manusia.
Sebab tidak semua yang diucapkan dan dikeluarkan manusia itu mulia dan berharga mahal. Beda dengan hewan yang dikeluarkan bisa berharga mahal.
Iler burung berharga mahal. Ludah tawon berharga mahal. Kotoran hewan jadi pupuk berharga mahal. Kopi yang yakhruju min sillitil luwak (kopi hasil kotoran Luwak) harganya bisa 2 juta.
Apakah iler, ludah dan kotoran manusia laku?
Maka kemuliaan manusia adalah dari mulutnya dengan kalimah thayyibah.
Mari kita sebarkan Islam yang memberi rahmah, bukan Islam yang penuh fitnah.
Mari kita doakan umat Nabi Muhammad yang sedang menjalani ujian perang, pengungsian dan laiannya. Itu adalah sauadara kita. Kalau kita tidak bisa bantu dana, maka kita bantu dengan do’a.