PCINU Turki “Waspada Paham Radikal Di Generasi Muda” – Samuel Taylor Coleridge pernah mengemukakan bahwa puisi itu tidak hanya kata-kata yang indah saja, lebih dari itu, puisi yang merupakan susunan rumit namun penuh makna yang dalam itu juga mampu menggerakkan perasaan massa untuk secara tidak sadar mengikuti makna yang terkandung dalam puisi.
Apa yang pernah di sampaikan oleh Samuel Taylor Coleridge diatas telah di buktikan oleh wakil ketua tanfidziyah PCI NU Turki yang sangat nyentrik, Khifdi Ridho. Puisi-puisi indah wakil ketua tanfidziyah PCINU Turki dengan susunan rumit namun penuh makna yang sangat mendalam itu telah mampu menyihir ratusan peserta Seminar Kebangsaan yang diadakan oleh KBRI Ankara dengan tema “mewaspadai paham radikal di generasi muda” Ahad, 13 Desember 2015 di Kota Kayseri Turki.
Acara Seminar Kebangsaan yang diadakan oleh KBRI Ankara dengan tema “mewaspadai paham radikal di generasi muda” tersebut memang mempunyai tujuan untuk memberikan pemahaman pemikiran positif bagi generasi muda agar tidak tejerumus kedalam jurang pemahaman radikal yang sangat merugikan. Agar acara ini bisa menyentuh sasaran, panitia yang di komandani PPI Turki mengkombinasikan pemaparan ilmiah dengan seni. Dimulai dengan lantunan lagu kebangsaan Indpnesia Raya, pemaparan ilmiah kemudian lantunan lagu oleh mahasiswa dan di tutup dengan pembacaan puisi oleh wakil ketua tanfidziyah PCI NU Turki.
Para pembicara yang hadir dalam seminar kebangsaan tersebut adalah: Asep Nur Halim, Noor Huda Ismail, dan Atase Pertahanan RI untuk Turki Bapak Yusliandi Ginting. Acara juga di hadiri oleh bapak Dubes RI untuk Turki, bapak Wardhana dan beberapa staffnya. Sementara PCI NU Turki sendiri diwakili oleh Ketua dan wakil Tanfidziyahnya, Ulin Nuha dan Khifdi Ridho juga beberapa anggota tanfidziyyah seperti Deo Adinda Ramadhan, Chairul Salam dan lain-lain.
Dalam puisinya, wakil ketua Tanfidziyah PCINU Turki yang sering di juluki “Penyair Kayseri” tersebut mengungkapkan kekecewaannya akan sepak terjang segelintir oknum yang mengakibatkan perpecahan bangsa. Puisi yang dibacakan hanya berdurasi sekitar delapan menit tersebut ternyata mampu menghadirkan suasana khidmat kepada seluruh peserta seminar yang terdiri dari perwakilan PPI wilayah yang ada di Turki dan organisasi-organisasi yang ada di Turki termasuk PCINU Turki.
Adapun teks keseluruhan yang di bacakan oleh Khifdi Ridho adalah sebagai berikut:
[toggle title=”HABIS-HABISAN” state=”open” ]
HABIS-HABISAN II |
Oleh: Penyair KayseriSekujur badan negriku hari ini,Gatal-gatal,pegal-pegal,linu ati…
Bagai dilanda, pemyakit mewabah maha dahsat Tabiat manusia hari ini, lebih buas dari binatang sebenarnya. Entalah…! Sungguh aneh “ Hewan yang bercakap-cakap diatas bumi ini ” Dia tidak punya taring,tapi sanggup mengunyah lembut saudaanya Kelatahan melanda siapa saja hari ini, “ kita hidup dalam suksesi; bergerak kreaktif…. Bak pohon semak,idiologi tumbuh bermekaran, Spanjang musim,tak ada musim Kita berpangku tangan,rumputpun tumbuh dengan liar “ Dan entah dari lapisan sosial mana kau berkicauan… Entalah…..!! Pertikan dan saling caci menyebar sperti wabah racun mematikan Tikus-tikus,kecoa-kecoa masuk dalam lubang jahanam Mengamankan diri Mabuk kepayang,aku Tuhan,lebih baik aku tidur saja ! Aku tak percaya,penyakit negriku hari ini,akan pulih Di pergantian tahun baru penuh rahmat ini Konon gerbang Sorga masih tertutup rapat Tak perlu kau robek, Kita semua ingin bertaubat: meski dalam kata-kata tak perlu kau bakar, kita akan punah sendiri kecuali ini; Aku masih tahan lapar Siapapun yang benar, Spertinya kau sedang memujanya Habis-habisan… Dengarkan ! Ada pepatah yang kubunyikan: “ Penyakit bisa hilang hanya dengan pembakaran !“ Entalah…! Astaga ! Allah ya Allah… Engkau adalah kesadaranku Dan aku memuntut ilmu disini untuk mencari takut… Astaga ! Kawan,engkau adalah fikiranku Perasaanku hari ini.. Yang menyisakan hanya tulang dan daging busuk Sementara roh,terbang melayang entah kemana Astagfirullah !! Aku menjerit dalam doa, Membencimu diam-diam.. Lelah air mata ini,hingga pintu neraka terbuka Dan kulihat darah berceceran sampai lantai langit tujuh…. Kawan ! Aku menyayangimu diam-diam Mata ini mabuk dalam cekung layar kaca Lelah fikiran ini, Tiap kali berkata-kata ! Kita satukan perasaan Yang terpecah belah Katakan,kecuali ini: Bahwa kita 100 persen satu bangsa…
Kayseri,2015 |
[/toggle]
Sumber:
http://pcinuturki.com/berita-dan-kegiatan/131-pesona-puisi-wakil-ketua-tanfidliyyah-pcinu-turki-dalam-seminar-kebangsaan-dengan-tema-qmewaspadai-paham-radikal-di-generasi-mudaq