Saat melahirkan anak dianjurkan untuk adzan dan iqamah sebagaimana dalam kitab-kitab fikih. Beberapa ulama seperti Imam al-Nawawi mengutip sebuah hadis:
مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُوْدٌ فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَأَقَامَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى لَمْ تَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ
“Barangsiapa melahirkan anak, lalu diadzani di telinga kanan dan diiqamati di telinga kiri, maka akan diselamatkan dari syetan Ummu Shibyan” (HR Abu Ya’la dan Ibnu Sunni[1], sanadnya dhaif)
Meski demikian, ada hadis lain yang memperkuat anjuran adzan untuk bayi yang baru lahir:
- Dari Sahabat Abu Rafi’
عَنْ أَبِي رَافِعٍ قَالَ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِيْنَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ
“Saya melihat Rasulullah meng-adzani Hasan bin Ali saat Fatimah melahirkan, dengan adzan salat” (HR al-Tirmidzi, ia menilainya sahih dan telah diamalkan)
- Dari Sahabat Ibnu Abbas
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ : أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ يَوْمَ وُلِدَ وَأَقَامَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى .
“Sesungguhnya Nabi meng-adzani Hasan bin Ali saat dilahirkan, dan Nabi meng-iqamati di telinga kirinya” (HR al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman[2])
[1] Juga dicantumkan oleh Ibnu Taimiyah dalam al-Kalim al-Thayyid (1/91) dan oleh muridnya Ibnu al-Qayyim dalam al-Wabil al-Thayyib (1/196) maupun Tuhfat al-Maudud (1/30) dengan memberi isyarat dhaif.
[2] Ulama Wahabi menilai hadis ini lebih bagus sanadnya dan layak memperkuat hadis melalui jalur Abu Rafi’ (Silsilah Ahadits al-Dhaifah, 1/398)
Originally posted on 16 July 2017 @ 20:30