Jakarta Selatan, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj yang kerap disapa Kang Said menyatakan bahwa Indonesia menampung banyak aliran tarekat. Bahkan Indonesia merupakan negara dengan jumlah terbanyak aliran tarekat di dunia.
Di Indonesia ada puluhan tarekat muktabarah, yaitu tarekat yang dianggap tidak menyimpang dari syariat, kata Kang Said di pesantren Ats-tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan. Jum’at (13/12).
“Indonesia ini negara luar biasa karena semua aliran tarekat ada di sini. Di Maroko cuma ada berapa seperti Tijaniyah, Syadziliyah. Di Mesir paling ada dua belas atau empat belas. Di Sudan dan Irak hanya ada beberapa,” terang Kang Said.
Sementara Indonesia agak lain, Kang Said. Orang dari Timur Tengah datang semua ke Indonesia. Sehingga, sedikitnya 45 aliran tarekat yang dinilai muktabarah oleh NU. Mereka ini tidak menyimpang dari syariat di luar muktabarah, ada juga tarekat yang dianggap menyimpang seperti akmaliyah yang wahdatul wujud.
Menurut Kang Said, tarekat sendiri adalah metode khusus yang dilakukan seorang sufi dalam naungan kelompok jamaah di bawah bimbingan seorang mursyid. Dengan lain kata, tarekat itu madrasahnya orang sufi.
Awalnya gerakan tasawuf dan tarekat, lanjut Kang Said, lahir pada abad ketiga Hijriyah. Sebelumnya tasawuf masih bersifat individual. Sufi besar di zaman sahabat misalnya Ibnu Umar RA dan Abu Dzar Alghifari RA. Di zaman tabi’in ada Imam Hasan Bashri.
Setelah abad ketiga Hijriyah, di tahun dua ratus lebih Hijriyah tasawuf dilakukan oleh kelompok atau orang banyak. Dari situ disebutlah tarekat atau madrasah. Jadi tarekat itu madrasah. Madrasahnya kalangan sufi bernama tarekat, tutup Kang Said, pengasuh Pesantren Ats-tsaqafah. (Aiz Luthfi/Alhafiz K)