Xi’an — Kunjungan yang dilakukan sejumlah tokoh agama di Tiongkok menyisakan kesan mendalam. Disamping ditemukannya amaliyah di sejumlah kota yang serupa dengan di tanah air, juga terancamnya Islam Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) dari kalangan Salafi Wahabi.
Pengalaman tersebut disampaikan salah seorang rombongan, KH Abdurrahman Navis kepada media ini. “Sebenarnya mayoritas muslim di Tiongkok, khususnya kota Xi’an berfaham Ahlussunnah wal Jamaah dengan akidah Maturidiyah dan fikihnya mengikuti Hanafiyah,” katanya, Selasa (3/11). Hal ini dibuktikan dengan amaliyah keseharian ibadah seperti layaknya dijumpai di Indonesia, lanjutnya.
Tradisi wirid usai shalat maktubah, penggunaan tongkat bagi bilal dan khatib saat ibadah shalat Jum’at, serta digunakannya tasbih di mihrab imam. “Nyaris tidak ada perbedaan dengan amaliyah ibadah mayoritas masyarakat muslim Indonesia,” kata Wakil Ketua PWNU Jawa Timur ini.
Akan tetapi tradisi yang sudah menjadi kebiasaan mayoritas muslim di sana mulai terusik dengan kehadiran kalangan Salafi Wahabi. “Aliran ini berafiliasi dengan akidah Ibnu Taymiyah dan faham Muhammad bin Abdul Wahab,” katanya menirukan pengakuan Syeikh Sholeh, salah seorang imam masjid jami’ di kota Xi’an.
Yang membuat kaum muslimin terusik lantaran gerakan Salafi Wahabi ini kerap menimbulkan perbedaan tajam dengan sesama muslim setempat yang telah terbiasa dengan amaliyah Aswaja. “Oleh masyarakat setempat, kelompok Salafi Wahabi ini dikatakan sebagai kalangan ajdad yang menebar kebencian dengan menggunakan sejumlah media,” terang pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Surabaya ini.
Membentengi Umat
Sadar dengan tantangan yang demikian massif dari kelompok ajdad tersebut , komunitas muslim Aswaja di Tiongkok mulai berbenah. “Mereka kerap melakukan kegiatan pengajian untuk mengenalkan sekaligus memperdalam akidah Aswaja kepada umat,” katanya.
Hal yang dilakukan antara lain dengan sering menyelenggarakan daurah tentang pemahaman Islam di sejumlah masjid jami’. “Dalam halaqah itu diperkenalkan dan dikaji tentang segala persoalan umat baik dari sisi akidah, fikih, hadits, tafsir, termasuk ilmu balaghah, nahwu juga sharraf,” ungkapnya. Para jamaah dikenalkan dengan literatur Aswaja seperti Tafsir Jalalin, juga Tafsir Munir, Fiqh al-Akbar dan sebagainya, lanjutnya.
Masjid di Xi’an tidak semata digunakan untuk ibadah dan kajian agama, juga melayani kebutuhan kaum muslimin seperti pernikahan. “Bahkan masjid di Xi’an juga memberikan layanan bagi jenazah dari mulai menshalati mayit, mengantarkan ke pemakaman, hingga melepas dengan doa,” katanya.
Kesan sebelumnya, rombongan yang terdiri dari sejumlah tokoh agama Islam dari Jawa Timur ini menyaksikan suasana tahlilan di kuburan sahabat dan para ulama. Rombongan dari PWNU Jatim terdiri dari KH Anwar Manshur (Pjs Rais Syuriah), H Ahmad Shiddiq (Wakil Ketua), Prof Ach Muzakki (Sekretaris), H Misbahul Munir dan H Husnul Yaqin (Wakil Sekretaris). Mereka bergabung dengan 20 pemuka agama Islam dari propinsi ini untuk membangun silaturahim. (A Nabil Mubarak)