Surabaya — Seperti diberitakan sejumlah media, di Jawa Timur ada tradisi minta hujan dengan cara saling cambuk yang dikenal dengan istilah tiban. Kesenian tradisional meminta hujan ini berlaku di daerah Kediri, Blitar, Tulungagung, serta Trenggalek.
Tradisi yang masih bertahan ini memantik keprihatinan Wakil Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PW LDNU) Jawa Timur, H Farmadi Hasyim. “Masyarakat khususnya kaum muslimin hendaknya mengembalikan segala tradisi kepada ketentuan agama,” katanya, Senin (2/11).
Penceramah di sejumlah radio dan televisi di Surabaya ini mengemukakan bahwa dalam pandangan fikih, meminta hujan dikenal dengan menyelenggarakan shalat istisqa’. “Dan alhamdulillah, di sejumlah kawasan bisa menyelenggarakan shalat ini dan tidak lama kemudian hujan turun,” kata Ustadz H Farmadi, sapaan akrabnya.
Dengan mengutip salah seorang ulama fikih yakni Sayid Sabiq, kandidat doktor UIN Sunan Ampel Surabaya ini juga menandaskan bahwa shalat istisqa’ adalah meminta kepada Allah untuk menurunkan hujan.
Dan di beberapa kitab kuning telah diceritakan bahwa tradisi meminta hujan ini pernah dilakukan para nabi. “Bahkan pada jaman Nabi Musa juga pernah terjadi paceklik lantaran hujan tidak segera turun. Saat itu seluruh anggota masyarakat dikumpulkan untuk berdoa dan memohon agar segera diturunkan hujan,” kata PNS di Kementerian Agama Kota Surabaya ini. Kejadian serupa juga pernah terjadi pada jaman Harun Arrasyid.
Ustadz H Farmadi juga mengingatkan bahwa Islam sangat menghargai kesehatan dan keselamatan manusia. “Dan tradisi tiban dengan menyiksa dan melukai tubuh para pelakunya adalah tindakan yang tidak dibenarkan,” terangnya.
Dengan tetap bertahannya tradisi tiban ini, ia menyarankan agar terus dilakukan pendekatan dan pendampingan kepada masyarakat. “Ini tugas semua kalangan khususnya para kiai dan ulama serta fungsionaris NU di berbagai tingkatan,” sergahnya.
Kemarau berkepanjangan selama ini hendaknya disikapi dengan pendekatan agama. “Kita harus memperbanyak istighfar seperti yang dipesankan dalam surat Nuh ayat 10 hingga 12,” katanya. Dalam ayat tersebut, lanjutnya, kaum muslimin diharuskan untuk istighfar, sehingga Allah akan menurunkan hujan dari langit dan juga menumbuhkan pepohonan.
Disamping itu, kesalahan berupa pembakaran lahan, polusi udara, penebangan hutan dan segala perilaku merusak alam juga segera diakhiri. “Insyaallah bila semua dilakukan, kemarau akan segera berakhir dan negeri ini juga mendapatkan pertolongan Allah,” pungkasnya. (A Nabil Mubarak)