Denpasar – Aswaja NU Center Jatim Lakukan Kerjasama dengan PWNU Bali Dalam waktu dekat, PW Aswaja NU Center Jatim akan melakukan penguatan kajian Aswaja an-Nahdliyah di Provinsi Bali. Antara kedua belah pihak telah sepakat, tinggal menentukan jadwal dan mengatur teknis pelaksanaan.
Hal tersebut disampaikan Direktur PW Aswaja NU Center, KH Abdurrahman Navis ketika hadir pada acara halal bihalal yang diselenggarakan PWNU dan GP Ansor Provinsi Bali. Diharapkan kerjasama tersebut segera ditindaklanjuti.
“Rencananya, kajian Aswaja NU tersebut akan diikuti oleh para ustadz setempat. Berikutnya acara serupa secara bertahap akan diikuti para tokoh agama dan kalangan umum,” kata Kiai Navis, sapaan akrabnya, Ahad (7/8/2016). Diharapkan, dengan upaya ini pemahaman agama sekaligus syiar Aswaja NU kian dirasakan masyarakat, lanjutnya.
Wakil Ketua PWNU Jatim ini sependapat dengan harapan KH Abdul Aziz yang juga Ketua PWNU Bali. “Kita telah sepakat agar dilakukan kajian intensif terkait masalah Aswaja an-Nahdliyah dengan mendatangkan narasumber dari PW Aswaja NU Center Jatim,” kata Kiai Navis.
Menurut Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim ini, tantangan dakwah cukup berat kini tengah dihadapi kaum muslimin, khususnya warga NU di Provinsi Bali. Terutama bagaimana internal kaum muslimin bisa satu komando dalam menyikapi berbagai persoalan keagamaan. Pada saat yang sama, tantangan dari penganut agama mayoritas di sana yang tentu saja perlu disikapi dengan arif.
Seperti diketahui, mayoritas masyarakat di Pulau Dewata tersebut adalah penganut agama Hindu. “Agama itu telah mengakar kuat di masyarakat Bali,” kata Kiai Navis. Inilah tantangan yang harus dihadapi kaum muslimin untuk menunjukkan bahwa Islam memberikan berbagai solusi bagi berbagai problematika yang dihadapi masyarakat.
Tidak masalah kaum Muslimin menjadi warga minoritas. “Justru ini kesempatan untuk menunjukkan kiprah terbaik bagi perbaikan di masyarakat sekitar,” tegasnya.
Tantangan lain yang juga dirasa berat lantaran di internal umat Islam sendiri kerap terjadi pertentangan. “Hal tersebut dipicu dengan tidak saling sepahamnya, bahkan juga kerap menyalahkan dalam menyebarkan ajaran Islam di sana,” ungkapnya. Bahkan tidak jarang antara kaum muslimin terjadi persaingan yang tidak sehat.
Sebagai solusi, dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini menyarankan agar dilakukan kajian Islam yang lebih intensif dan mendalam. “Pergiat Aswaja NU juga harus kerap menyapa para tokoh agama Islam dan memberikan wawasan terhadap Islam yang diajarkan para salafus shalih,” terangnya. Dengan dialog dan kajian yang sistematis dengan narasumber yang memang kapabel, maka silang pendapat tentunya akan bisa lebih diminimalisir.(Saifullah/Danis)