Regenerasi, Aswaja NU Center Jatim Bentuk Tim Narasumber
Surabaya — Respon masyarakat terhadap keberadaan Aswaja NU Center demikian menggembirakan. Karenanya, pemateri yang sesuai keahlian harus selalu tersedia agar mampu menjawab harapan umat.
“Karena itu untuk periode ini kami membentuk tim narasumber,” kata KH Abdurrahman Navis, Sabtu (3/9/2016) petang. Keberadaan tim tersebut sebagai proses regenerasi sekaligus memberikan jaminan bagi ketersediaan pemateri yang sesuai spesifikasi, lanjut Direktur PW Aswaja NU Center Jatim ini.
Ada tiga tugas utama dari tim yang beranggotakan 13 orang tersebut. “Pertama adalah memberikan tulisan tentang materi keaswajaan untuk dimuat di sejumlah media sosial,” kata Pengasuh Pesantren Nurul Huda Surabaya ini. Diharapkan lewat penjadwalan yang rutin, maka setiap narasumber bisa berbagi sudut pandang terkait masalah keaswajaan. “Khususnya yang sedang hangat diperbincangkan di media sosial,” lanjutnya.
Sedangkan tugas kedua adalah menyiapkan materi yang disampaikan dalam bentuk shoting video. “Konten atau isinya seputar Aswaja yang akan dishare di yuotube serta Aswaja TV,” kata Kiai Navis, sapaan akrabnya. Dengan jumlah nara sumber yang tersedia, diharapkan setiap hari ada materi singkat seputar Aswaja yang disampaikan lewat audio visual tersebut.
Dan yang juga tidak kalah penting adalah keberadaan mereka bisa menjadi narasumber pada kegiatan pendalaman materi yang dikelola Aswaja NU Center. “Karena banyak radio, televisi, sekolah, masjid atau mushalla serta jamaah pengajian yang berkeinginan mendapat pendalaman Aswaja,” ungkapnya.
Keberadaan tim narasumber tersebut dibahas secara khusus pada kegiatan ta’aruf dan rapat kerja (raker) PW Aswaja NU Center Jatim di kantor setempat. Sejumlah nama yang dipercaya sebagai anggota antara lan KH Romadhon Khotib, Ustadz Fathul Qodir, Ahmad Muntaha AM, Nur Fauzi, Multazam Muslih, M. Luqmananul Hakim, HM Nasir Elhaq Abdi, Kholili Hasib, H Abd. Qodir Mahrus, M Syakur Dewa, M Badrul Munir, juga Hj. Mutimmah Faidah.
Kiai Navis juga mengingatkan bahwa para anggota hendaknya lebih peka terhadap problematika keumatan khususnya yang mengemuka di media sosial atau medsos. “Karenanya, harus ada yang ditugasi khusus melakukan pemantauan untuk menangkap problem keumatan yang sedang hangat diperbincangkan,” harap dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut. (saiful)