Al Imam Al Hafizh Ibnul Qayyim berkata selepas menjelaskan tentang hasad, sihir,dan ‘ain: “Kejahatan orang yang hasad terhadap yang dihasadi dapat ditolak dengan 10 cara, diantaranya:
- Berlindung Kepada Allah Dari Kejahatannya
- Bertakwa Kepada Allah
- Bersabar Atas Musuhnya
- Bertawakkal Kepada Allah
- Mengosongkan Hati Dengan Tidak Memikirkannya
- Bertaqarrub Dan Mengikhlaskan Diri Untuk Allah
- Memurnikan Taubat Untuk Allah
- Bersedekah Dan Berbuat Kebajikan Semampunya
- Memadamkan Kedengkian Permusuhan Dan Gangguan Orang Dengan Berbuat Baik Kepadanya
- Memurnikan Tauhid Untuk Allah
Berikut penjelasannya:
Ini merupakan penghulu dari apa-apa yang kita bahas sebelumnya dan padanya terletak keberhasilan setiap cara, yaitu memurnikan tauhid untuk Allah.
Kita akan beralih dari berfikir tentang sebab kepada Yang Menyebabkan, yaitu Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Perlu diketahui bahwa sebab-sebab tadi ibarat hembusan angin yang bergantung kepada Dzat yang menghembuskannya, Dialah pencipta angin tersebut. Angin tersebut tak akan bermanfaat atau mencelakakan kecuali atas seizin-Nya.
Dialah satu-satunya yang menghembuskan angin tersebut kepada siapa saja yang Ia kehendaki dari hamba-Nya, dan memalingkannya dari siapa saja yang Ia kehendaki dari mereka. Tiada dzat lain selain-Nya.
Allah berfirman:
وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَآدَّ لِفَضْلِهِ
“Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tiada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia, dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu maka tiada yang dapat menolak karunia-Nya” (QS. Yunus : 107).
Nabi berkata kepada Abdullah bin Abbas:
وَاعْلَمُ أَنَّ الأَمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَي أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَئٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَئٍ قَدْكَتَبَهُ اللهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُواعَلَيْ أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَئٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَئٍ قَدْكَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ
“Ketahuilah, seandainya seluruh umat ini bersatu padu untuk memberikan suatu manfaat kepadamu niscaya mereka tak akan mampu memberimu manfaat sedikit pun kecuali berupa apa yang telah Allah tentukan bagimu. Dan seandainya mereka bersatu padu untuk mencelakaimu niscaya mereka tak akan mampu mencelakaimu sedikit pun kecuali berupa apa yang telah Allah tentukan atasmu” (H.R. Tirmidzi).
Tatkala seorang hamba berhasil memurnikan tauhid untuk Allah maka hatinya akan terbebas dari rasa takut kepada selain-Nya. Musuhnya pun menjadi tak seberapa menakutkan baginya dibanding rasa takutnya kepada Allah, bahkan hanya Allah lah yang ditakutinya. Maka Allah pun mengamankannya dari musuhnya hingga lenyaplah segala uneg-uneg dan fikiran yang menghantuinya.
Rasa takutnya, cintanya, tawakkalnya, inabah-nya dan perbuatannya hanya ia peruntukkan bagi Allah saja.
Ia sadar bahwa sibuk memikirkan keadaan musuh dan takut kepadanya merupakan sesuatu yang dapat menodai kemurnian tauhidnya, karena seandainya ia benar-benar memurnikan tauhidnya maka cukuplah hal itu menyibukkan dirinya dari hal lain. Kelak Allah lah yang akan bertugas menjaga dan membelanya karena Allah akan senantiasa menjadi pembela orang-orang yang beriman.
Jika ia termasuk orang yang beriman maka Allah pasti akan membelanya, dan pembelaan tersebut sesuai dengan kadar keimanannya. Jika imanya sempurna maka ia akan mendapat pembelaan maksimal dari Allah, dan jika imannya terkontaminasi maka pembelaan Allah pun akan mengendur. Begitu pula jika imannya mengalami ‘pasang-surut’ maka pembelaan Allah pun akan seperti itu.
Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian salaf: “Barangsiapa menghadap Allah sepenuhnya maka Allah pun akan menyambut sepenuhnya, dan barangsiapa berpaling dari Allah sepenuhnya maka Allah pun akan berpaling sepenuhnya darinya. Dan barangsiapa sesekali menghadap dan sesekali berpaling maka Allah pun akan seperti itu terhadapnya.”
Singkatnya, tauhid merupakan benteng Allah yang paling kokoh, siapa saja yang memasukinya akan merasa aman.
Sebagian salaf mengatakan: “Barangsiapa takut kepada Allah maka segala sesuatu akan takut kepadanya, dan barangsiapa tidak takut kepada Allah maka segala sesuatu akan menakutkan baginya.”
Inilah sepuluh cara untuk menolak kejahatan orang yang hasad, bahaya sihir dan sihir ‘ain. Tak ada cara yang lebih bermanfaat untuk ini melainkan dengan menghadap kepada Allah, tawakkal dan yakin kepada-Nya, serta tidak menyekutukan-Nya dalam rasa takut dengan selain-Nya, akan tetapi rasa takutnya hanya kepada Allah semata. Demikian juga dengan tidak berharap kepada selain Allah namun hanya berharap kepada-Nya.
Hendaknya ia tidak menggantungkan hatinya kepada selain-Nya, tidak beristighasah kepada selain-Nya dan tidak berharap kecuali hanya kepada-Nya.
Ketika hati seseorang mulai bergantung kepada selain Allah, berharap dan takut kepada selain-Nya, seketika itulah ia akan dikuasakan’ kepada yang ditakutinya dan menjadi hina di hadapannya. Karena barangsiapa takut kepada selain Allah maka ia akan dikuasakan kepadanya dan barangsiapa yang berharap sesuatu kepada selain Allah ia akan hina dihadapannya dan terhalang dari karunia Allah.
“Demikianlah sunnatullah (ketetapan) Allah atas hamba-Nya dan kamu tidak akan mendapati perubahan dalam sunnatullah itu.”