Surabaya – Buku Khazanah Aswaja menjadi perhatian khalayak. Buku yang dikerjakan oleh tim narasumber Aswaja NU Center Jatim tersebut dibedah di berbagai kota dan forum. Termasuk menghadirkan guru besar sosiologi UIN Sunan Ampel.
Bedah buku dimaksud adalah yang diselenggarakan di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Ahad (25/2). Dari Aswaja NU Center tampil Fathul Qodir,M.H.I dan Ustad Ma’ruf Khozin. Sebagai pembanding menghadirkan Prof. Dr. KH. Ali Maschan Moesa, MSi, Syuriah PWNU Jatim sekaligus guru besar sosiologi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Ustadz Fathul Qodir pada paparan awal menguraikan peta pertarungan ideologi di Indonesia. “Kini tengah marak penetrasi ideologi yang berseberangan dengan Islam Ahlussunnah Waljamaah dan Pancasila,” kata alumnus pascasarjana UIN Sunan Ampel tersebut. Celakanya, hal tersebut menjalar ke dunia kampus melalui lembaga dakwah khususnya di perguruan tinggi bonafit yang tidak berbasis agama.
Karenanya untuk mengimbangi hal tersebut, alumnus Pesantren Lirboyo ini menyarankan aktifis NU di level kampus harus segera bangkit ikut menyelamatkan Aswaja. “Ini demi menjaga Negara Kwsatuan Republik Indonesia dari gerusan kelompok radikal anti Aswaja dan Pancasila,” ungkapnya.
Menurut dosen Institut KH. Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto ini bahwa buku Khazanah Aswaja sangat pas dijadikan sebagai pegangan pokok untuk mempertahanan kader Aswaja NU. “Karena kandungan yang disajikan meliputi pemahaman Aswaja secara tuntas, juga menguraikan aliran di luar NU dan Aswaja baik yang muncul zaman dahulu maupun kontemporer,” katanya.
Selain itu, buku setebal hampir 500 halaman tersebut juga mengulas tentang fikih meliputi kajian tentang madzhab, ijtihad dan taqlid. Dalil tentang keabsahan tasawuf diulas secara mendalam. “Dan yang menarik, buku yg diterbitkan Aswaja NU Center PWNU Jatim ini juga membahas tentang sejarah NU, memaparkan qanun asasi,khittah, fikrah dan kontribusi NU terhadap bangsa dan dunia,” jelasnya. Dari buku ini diharapkan mahasiswa NU semakin yakin dalam berjuang untuk NU dan Aswaja.
Sedangkan Ustadz Ma’ruf Khozin lebih banyak mengulas isi buku yang berisi argumen dan hujjah amaliah NU seperti halnya dalil keabsahan tawassul, ziarah kubur, dan lainnya. Ustad yang aktif mengisi kajian hadis di Masjid Al-Akbar Surabaya tersebut menjelaskan konsep bid’ah yang seringkali disematkan oleh kelompok Salafi Wahabi kepada amaliah NU.
Pengasuh rubrik Aswaja di Majalah Aula tersebut juga mengklarifikasi rumor tradisi selamatan kematian sebagari warisan tradisi Hindhu. “Padahal hal tersebut didasari dari hadis shahih dan pendapat para ulama salaf,” jelas Ustadz Ma’ruf.
Prof Ali Maschan menyampaikan apresiasi atas terbitnya Khazanah Aswaja. Mantan Ketua PWNU jatim ini memberikan masukan kepada penulis agar pada edisi revisi dilengkapi dengan metode dakwah Aswaja. “Dengan harapan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang dakwah rahmatan lil alamin ala Aswaja,” ungkapnya. Karena tidak gampang mengikuti metode dakwah Islam radikal yang akhir-akhir banyak menebar kebencian antar umat.
Pengasuh Pesantren Luhur Al-Husna Surabaya itu juga berharap bahwa kajian Aswaja jangan hanya berhenti dalam tulisan. “Beraswaja harus dibuktikan dalam aksi, jangan hanya teori,” pesannya. Aswaja selain sebagai metode berpikir, ideologi, metodologi, juga sebagai amaliah.