Hari ke tiga ASEAN +9 Youth Assembly for ASEAN Community (AYAFAC) yang digelarPengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Rabu (28/8) di Hotel Mercure, Ancol mengangkat tema” Local Wisdom & Common Value to Implement Security on ASEAN Community”.
Kegiatan yang dihelat selama empat hari ini melibatkan perwakilan pemuda-pemuda anggota negara-negara ASEAN + 9 negara sahabat Indonesia, seperti Amerika Serikat, China, India, RusiaPakistan, Uni Eropa, Jepang dan Korea Selatan.
Sejumlah tokoh ikut merumuskan strategi yang harus digalang para pemuda ASEAN dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan di negara-negara ASEAN. Mereka yakni, Dr Rizal Sukma (Pusat Studi dan Internasional Strategi), Dr Victor Sumsky selaku Direktur ASEAN Center MGIMO Moscow Rusia dan Dr As’ad Sa’id Ali, selaku Wakil Ketua Umum PBNU dan Ketua Umum PB PMII Addin Jauharuddin.
Ketua Umum PB PMII menyampaikan, ASEAN Community tanpa melibatkan dukungan berbagai elemen masyarakat di kawasan Asia Tenggara tak akan melahirkan manfaat yang optimal.
“Inisiasi dan kesepakatan di level negara (government to government) terkait ASEAN Community tidak akan efektif manakala belum terbangun pemahaman bersama di level masyarakat (people to people). Unsur potensial di masa kini dan mendatang yang menjadi prioritas dalam merajut kesepahaman ‘people to people’ adalah kalangan pemuda,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Addin, pembinaan dan kerjasama unsur pemuda di masing-masing negara menjadi aspek penting dalam menyambut terbentuknya ASEAN Community 2015 terutama dalam hal stabilitas keamanan.
Sementara Wakil Ketua Umum PBNU H As’ad Said Ali mengatakan, di kalangan Nahdliyin, dikenalukhuwah islamiyah, dimana umat Islam diajarkan menjalin persaudaraan dengan sesama muslim,ukhuwah wathoniyah, menjalin persaudaraan sesama warga negara dan ukhuwah insaniyah, menjalin persaudaraan dengan sesama manusia walaupun berbeda keyakinan.
Menurutnya, keberagaman dalam keyakinan mejadi komponen penting dalam menjaga keharmonisan dalam kehidupan berbangsa.
Berkaitan dengan stabilitas politik, ia berharap kearifan lokal suatu bangsa di negara-negara ASEAN dan norma sosial yang mereka miliki mampu menjadi solusi ampuh dalam mengatasi keamanan politik suatu negara. Konflik agama terkadang dianggap menjadi pemicu lunturnya solidaritas antar warga suatu negara.
Ia menambahkan, umat Islam wajib mempromosikan Islam sebagai agama yang memiliki toleransi yang tinggi, tidak mengenal kekerasan dan menjunjung tinggi keharmonisan dalam kehidupan bernegara.
Menganggapi masalah muslim Rohingya, As’ad menyampaikan bahwa Muslim di Rohingya harus berjuang mengembalikan hak dari kaum minoritas.
Rizal Sukma sebelum menyampaikan pandangannya tentang stabilitas keamanan ASEAN, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap PB PMII yang mampu mengadakan kegiatan besar ini, dimana para generasi muda berkumpul dalam suatu forum mencari dan berbagi pandangan mengenai masa depan ASEAN. Lebih lanjut ia memberikan pernyataan, “ASEAN jangan hanya mengangkat masalah konflik perbatasan.” Menurutnya, hal terpenting yang menjadi pemicu stabilitas keamanan suatu negara ialah konflik individual.
Sejalan dengan As’ad Said Ali, Rizal mengungkapkan perlu adanya komunikasi yang baik antar warga negara dalam menyelesaikan konflik dan mengutamakan kearifan lokal dalam mencegah terjadi konflik kembali.
Direktur ASEAN Center, Dr. Victor Somsky memberikan dukungan atas terselenggaranya kegiatan ASEAN +9 Youth Assembly for ASEAN Community. ASEAN diharapkan melakukan berbagai pertimbangan dalam berbagai segi sebelum menjalin kerjasama dan perjanjian-perjanjian antar anggota negara ASEAN dan negara-negara sahabat. Pandangannya, ASEAN butuh waktu dalam mencapai tujuannya dalam berbagai bidang, sama halnya dengan organisasi regional seperti Uni Eropa, ASEAN mampu menjaga stabilitas ekonomi dan politik dan bermanuver dalam kerjasama yang telah terjalin.
http://nujatim.or.id/utama/kearifan-lokal-modal-utama-bagi-hankam-asean/