Cirebon – Aksi teror yang dilancarkan kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Kota Paris, Perancis, beberapa hari lalu, menunjukkan, kelompok radikal itu bisa kapan saja melakukan aksinya, termasuk di Indonesia.
Mengantisipasi hal tersebut, Rektor Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Cirebon, Prof Dr KH. Said Aqil Siroj, mengimbau kepada warga negara Indonesia, termasuk Cirebon untuk menguatkan lagi ajaran ahlussunah waljamaah (Aswaja).
“Hal ini dikarenakan mengingat agenda ISIS tahun 2017 mendatang bakal merambah ke negara-negara Asia, dan pada tahun 2022 harus berdiri sebuah Khilafah Islam (KI). Adapun tempat untuk pendirian KI itu, kemungkinan bakal ditempatkan di bekas jajahan Uni Soviet, baik itu Kirgistan, Uzbekistan atau negara lainnya,” kata Kang Said panggilan akrabnya, saat ditemui “FC” usai memimpin Wisuda Perdana Terbuka UNU, Jumat (20/11).
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) itu mengatakan, mereka yang mengancam Prancis, kemudian Eropa, Asia dapat juga mengincar Indonesia. Ada 600 lebih warga Indonesia yang berangkat ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. Mereka dari Cianjur, Malang, Surabaya, Solo bahkan Cirebon juga ada.
“Lebih dari 600 warga Indonesia yang sudah berangkat mengikuti ajaran ISIS. Apabila mereka pulang dari Syuriah dan datang lagi ke Indonesia, hal itu akan membawa penyakit, lebih baik mereka mati di sana,” tegas Said.
Ia mengatakan, masyarakat Indonesia harus memperkuat ajaran para kiai, ajaran pesantren dan para ulama terdahulu.
”Perkuat ajaran Aswaja, ajaran kiai, ajaran pesantren Cirebon dan juga pesan-pesan Sunan Gunung Jati, Syekh Dahtul Kahfi, Syekh Bayanillah, Mbah Kuwu Cirebon, serta Mbah Kuwu Sangkan. Karena mereka semua mengajarkan ajaran Islam rahmatan lilalamin, santun, dan jauh dari kekerasan,” ujarnya.
Ia menegaskan, generasi muda harus betul-betul memegang prinsip ajaran tersebut, karena hal itu akan bermanfaat bagi kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sampai kapanpun.
Kang Said menegaskan, intelektual Indonesia harus siap, menolak provokasi dan ajaran ISIS tersebut, karena sesuai fatwa Pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari, membela tanah air itu hukumnya fardu ain.
“Jangan mendirikan Pemerintahan Islam di daerah Cirebon, akan tetapi sana di Afganistan, karena Cirebon memiliki ajaran Sunan Gunung Jati yang santun. Mari kita bersihkan kelompok-kelompok ini dari Islam keras, karena ini kota wali, sebuah kota yang dibangun Sunan Gunung Jati,” katanya.
Ia pun meminta aparat keamanan bertindak apabila ada kekerasan yang mengatasnamakan agama. “Yang anti ajaran Wali Sanga atau Sunan Gunung Jati silakan pergi dan keluar dari Cirebon. Saya juga mengingatkan kalau terjadi insiden kekerasan atas nama agama, maka aparat hukum harus bertindak secara tegas,” tandasnya.
Sementara itu, Kemenristek Dikti, Muhammad Natsir mengatakan, upaya Kemenristek Dikti dalam menangkal pemahaman teroris di PTN atau PTS dengan bekerjasama dengan Panglima TNI, Pangdam, Kemendagri untuk mengajarkan kepada mahasiswa tentang pentingnya wawasan kebangsaan dan bela negara.
“Wawasan kebangsaan dan bela negara tersebut, diupayakan agar mereka memahami betul tentang arti nasionalisme, kebhinekaan, dan memahami betul apa yang harus dilakukan di Indonesia yang beraneka ragam ini. Kerjasama ini nantinya akan dipersiapkan bagi mahasiswa baru tahun ajaran 2016 mendatang,” tegasnya (Syaifullah)