Penulis: Tim Admin
Ada langit ada bumi. Ada yang di atas ada yang di bawah. Meskipun kita sedang berada di posisi setinggi langit kita harus tetap merendah dan membumi. Oleh sebab itu Allah menciptakan langit dan bumi saling berdampingan. Tidak langit saja atau bumi sendirian.
Langit dan bumi pernah beradu gengsi perihal siapa yang lebih keren di antara keduanya.
Bumi mengawali perdebatan ini dengan mengatakan, “aku lebih baik darimu. Allah menghiasiku dengan banyak kota, lautan, sungai-sungai, pepohan, gunung-gunung dan yang lain.”
Tak mau kalah, langit kemudian menyebutkan apa yang ia punya, “loh, aku yang lebih baik darimu. Matahari, rembulan, bintang-bintang, cakrawala, ‘arsy, kursi dan surga ada padaku.”
Selanjutnya bumi dan langit saling beradu menyebutkan kelebihan masing-masing.
“Di diriku ada Baitullah yang selalu dikunjungi dan para nabi, para rasul, para wali, dan orang-orang mukmin semuanya thawaf di sana.”
“Di diriku juga ada Al-Bait Al-Ma’mur yang selalu dikelilingi para malaikat langit. Ada juga surga yang jadi tempat kembalinya ruh para nabi dan rasul, para wali dan orang-orang saleh.”
Baca Juga: Malam Isra Mikraj vs Lailatul Qadar, Lebih Spesial Mana?
Perdebatan ini sepertinya tidak akan berakhir kecuali dengan hasil imbang dengan masing-masing memiliki keunggulan yang sama hingga pada akhirnya bumi membanggakan sebuah kelebihan yang tak dimiliki langit. Kata bumi, “pemimpin para utusan (sayyid al-mursalin), penutup para nabi (khatam an-nabiyyin), kekasih Tuhan alam semesta dan makhluk paling utama yang baginya penghormatan paling sempurna lahir di dalamku. Syariatnya pun berlaku di atas tubuhku.”
Mendengar penuturan bumi, langit seketika diam dan tak bisa membantah apalagi menyaingi keistimewaan yang bumi miliki. Langit lalu menghadap kepada Allah dan meminta padaNya: “Tuhanku, Engkau pasti memenuhi permintaan orang yang terdesak dan meminta padaMu, maka kumohon tolong bawa naik Muhammad padaku supaya aku bisa memperoleh kemuliaan seperti halnya bumi memperoleh kemuliaan dan aku bisa membanggakannya di hadapan bumi.”
Allah menjawab doa langit dengan mewahyukan kepada Jibril untuk tidak bertasbih, dan kepada Izrail untuk tidak mencabut nyawa di malam kedua puluh tujuh Rajab. Tugas yang sudah menjadi keseharian Jibril dan Izrail itu sementara diliburkan di malam tersebut. Nah, hal ini membikin Jibril bertanya-tanya ada apa gerangan. Apakah hari kiamat sudah tiba? Rasa penasaran itu kemudian ia sampaikan pada Allah.
“Tidak,” jawab Allah. “Pergilah ke surga dan ambillah buraq. Pergilah ke Muhammad (dan jemputlah) dengan menaikinya.”
Singkat cerita Jibril kemudian sampai di surga dan melihat ada 40 ribu buraq yang sedang merumput/ mencari makan di pertamanan surga. Tertulis nama Muhammad di setiap kening buraq-buraq itu. Di antara buraq sebanyak itu ada satu yang terus menundukkan kepalanya. Ia menangis dan air mata mengalir dari matanya.
Jibril mendatangi buraq itu dan menanyainya, “hai buraq, engkau kenapa? Apa yang terjadi padamu?”
Si buraq menjawab, “wahai Jibril, aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 ribu tahun yang lalu. Lalu aku jatuh hati pada pemilik nama itu. Aku sangat rindu padanya. Sejak saat itu aku tak butuh lagi makan dan minum. Diriku telah terbakar oleh api rindu.”
”Aku akan mengantarmu sampai pada orang yang sangat kau rindukan,” kata Jibril menyudahi kesedihan si buraq.
Lalu Jibril membawa buraq itu mendatangi Nabi Muhammad dan mengantarkannya melalui peristiwa penting isra mikraj seperti yang sudah sering kita dengarkan.
Wa Allahu a’lam
Simak video-video kajian islam kami di fanpage aswajamuda.com
Penulis: A. Firdaus Asrori. Mutakharijin Mahad Aly Lirboyo 2021. Penulis buku “Membela Indonesia”, dan buku kumpulan puisi “Sendiri Menyanyikanmu”.
Penulis: Tim Admin
Sumber: https://aswajamuda.com/adu-gengsi-langit-dan-bumi-perihal-siapa-yang-lebih-baik-dari-keduanya/