Ajaran Islam terdiri dari Aqidah, Syariah/ Fikih dan Akhlah/ Tasawuf. Ini adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Jika dakwah terlalu mengedepankan Aqidah dengan mengabaikan yang lain maka kecenderungan bagi da’i tersebut adalah mengafir-kafirkan. Jika Fikihnya yang terlalu menonjol maka akan menyesat-sesatkan. Jika terlalu dominan pada Tasawuf akan memiliki kecenderungan pembiaran sambil mengira akan ada perubahan.
Maka yang tepat adalah keseimbangan 3 hal tersebut. Jika ada penyimpangan dari umat maka akan dibimbing dengan kesantunan, kasih sayang, etika dan sebagainya.
Kita lihat saat Allah memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun untuk mendatangi Fir’aun -Raja yang mengaku Tuhan-, maka Allah berfirman:
فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
“Maka berbicaralah kamu berdua kepada Fir’aun dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (Ţāhā: 44)
Imam Al-Qurthubi menyelaraskan dengan keadaan kita saat ini dalam berdakwah:
ﻓﺎﻟﻘﺎﺋﻞ ﻟﻴﺲ ﺑﺄﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﻣﻮﺳﻰ ﻭﻫﺎﺭﻭﻥ، ﻭاﻟﻔﺎﺟﺮ ﻟﻴﺲ ﺑﺄﺧﺒﺚ ﻣﻦ ﻓﺮﻋﻮﻥ، ﻭﻗﺪ ﺃﻣﺮﻫﻤﺎ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﺎﻟﻠﻴﻦ ﻣﻌﻪ.
Kita tidak lebih mulia dari pada Nabi Musa dan Nabi Harun. Orang yang kita dakwahi tidak lebih buruk dari pada Fir’aun, padahal Allah memerintahkan kepada kedua Nabi tersebut untuk berkata lembut kepada Fir’aun
ﻭﻗﺎﻝ ﻃﻠﺤﺔ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ: ﻗﻠﺖ ﻟﻌﻄﺎء ﺇﻧﻚ ﺭﺟﻞ ﻳﺠﺘﻤﻊ ﻋﻨﺪﻙ ﻧﺎﺱ ﺫﻭﻭ ﺃﻫﻮاء ﻣﺨﺘﻠﻔﺔ، ﻭﺃﻧﺎ ﺭﺟﻞ ﻓﻲ ﺣﺪﺓ ﻓﺄﻗﻮﻝ ﻟﻬﻢ ﺑﻌﺾ اﻟﻘﻮﻝ اﻟﻐﻠﻴﻆ، ﻓﻘﺎﻝ: ﻻ ﺗﻔﻌﻞ! ﻳﻘﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ:” ﻭﻗﻮﻟﻮا ﻟﻠﻨﺎﺱ ﺣﺴﻨﺎ”. ﻓﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ اﻵﻳﺔ اﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭاﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻓﻜﻴﻒ ﺑﺎﻟﺤﻨﻴﻔﻲ
Talhah bin Umar berkata kepada Atha’: “Kamu dikelilingi banyak orang yang berbeda keinginan. Sementara saya orang yang tegas. Saya berkata kepada mereka dengan kata-kata yang kasar”. Atha’ berkata: “Jangan lakukan itu! Allah berfirman: “Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (Al-Baqarah 83). Dalam ayat ini diperintah berkata yang baik kepada Yahudi dan Nasrani, apalagi sesama Muslim (Tafsir Al-Qurthubi 2/16)
(K. Ma’ruf Khozin, Ketua ASWAJA NU Center PWNU Jatim)
Sumber: https://web.facebook.com/makruf.khozin