Berdo’a atau memohon kepada Allah merupakan inti ibadah, ummat islam dengan tidak pandang derajat dan pangkat semuanya diperintahkan supaya banyak-banyak berdo’a kepada Allah SWT pada siang dan malam.
Kedudukan do’a sangat tinggi dalam Islam. Orang yang tidak mau berdo’a adalah orang-orang yang sombong, yang menganggap dirinya lebih tinggi, lebih pandai, lebih kaya dari semua orang. Karena itu berdo’a dengan khusyu’ dan tawadhu’ sangat dianjurkan dalam agama Islam. Allah berfirman :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (AL-mu’min : 60).
Maka dari tulah sebagai seorang hamba yang beriaman, kita harus terus berusaha bagaimana doa kita akan diijabahi Oleh Allah. Dengan berbagai riyadhoh yang diajarkan oleh para ulama. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh adz-Dzahabi.
قُلْتُ: وَالدُّعَاءُ مُسْتَجَابٌ عِنْدَ قُبُوْرِ اْلاَنْبِيَاءِ وَاْلاَوْلِيَاءِ وَفِي سَائِرِ الْبِقَاعِ، لَكِنْ سَبَبُ اْلاِجَابَةِ حُضُوْرُ الدَّاعِي وَخُشُوْعُهُ وَابْتِهَالُهُ، وَبِلاَ رَيْبٍ فِي اْلبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ وَفِي الْمَسْجِدِ وَفِي السَّحَرِ وَنَحْوِ ذَلِكَ يَتَحَصَّلُ ذَلِكَ لِلدَّاعِي كَثِيْرًا وَكُلُّ مُضْطَرٍّ فَدُعَاؤُهُ مُجَابٌ (سير أعلام النبلاء للذهبي – ج 17 / ص 77)
“Saya (adz-Dzahabi) berkata: Doa akan dikabulkan di dekat makam para Nabi dan wali, juga di beberapa tempat. Namun penyebab terkabulnya doa adalah konsentrasi orang yang berdoa dan kekhusyukannya. Dan tidak diragukan lagi di tempat-tempat yang diberkati, di masjid, saat sahur dan sebagainya. Doa akan lebih banyak didapat oleh pelakunya. Dan setiap orang yang sangat membutuhkan doanya akan terkabul” (al-Hafidz adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala’ 17/77)
Hal ini juga dilakukan oleh para ulama, diantaranya ketika tabarruknya imam al-Bukhori dalam menyelesaikan kitab karangan beliau.
قَالَ فَلَمَّا طَعِنْتُ فِي ثَمَانِيَ عَشَرَةَ وَصَنَّفْتُ كِتَابَ قَضَايَا الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ ثُمَّ صَنَّفْتُ التَّارِيْخَ فِي الْمَدِيْنَةِ عِنْدَ قَبْرِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكُنْتُ أَكْتُبُهُ فِي اللَّيَالِي الْمُقْمِرَةِ (فتح الباري – ابن حجر – ج 1 / ص 478)
“Ketika saya (al-Bukhari) menginjak usia 18 tahun, saya mengarang kitab himpunan nama sahabat dan tabiin. Kemudian saya mengarang kitab ‘Tarikh’ di Madinah, di dekat makam Nabi SAW, dan saya menulisnya di malam-malam purnama” (Fathul Bari 1/478)
Selain makam Nabi SAW yang banyak diziarahi dalam memanjatkan doa, juga banyak makam para ulama yang diziarahi oleh masyarakat Muslim. Diantaranya:
Makam Ishaq bin Rahuwaih
وَقَالَ ابْنُ حِبَّانَ فِي الثِّقَاتِ كَانَ اِسْحَاقُ مِنْ سَادَاتِ أَهْلِ زَمَانِهِ فِقْهًا وَعِلْمًا وَحِفْظًا وَصَنَّفَ الْكُتُبَ وَفَرَّعَ عَلَى السُّنَنِ وَذَبَّ عَنْهَا وَقَمَعَ مَنْ خَالَفَهَا وَقَبْرُهُ مَشْهُوْرٌ يُزَارُ (تهذيب التهذيب – ج 1 / ص 192)
“Ibnu Hibban berkata dalam ats-Tsiqat: Ishaq termasuk orang mulia di masanya dalam ilmu fikih, keilmuan dan hafalan. Ia mengarang beberapa kitab, membuat cabang dalam hadis, membela hadis dan melawan pada orang yang bertentangan dengan hadis. Kuburnya popular dan diziarahi” (Tahdzib at-Tahdzib 1/192)
Makam Husain bin Fadlal al-Bajali
وَمَاتَ (حُسَيْنُ بْنُ الْفَضْلِ الْبَجَلِي) وَلَهُ مِائَةٌ وَأَرْبَعُ سِنِيْنَ وَقَبْرُهُ مَشْهُوْرٌ يُزَارُ (لسان الميزان – ج 2 / ص 307)
“Husain bin Fadlal al-Bajali meninggal dalam usia 104 tahun. Kuburnya popular dan diziarahi” (Lisan al-Mizan 2/307)
Makam Bakkar bin Qutaibah
وَدُفِنَ بَكَّارُ بْنُ قُتَيْبَةَ بِطَرِيْقِ الْقَرَافَةِ، وَالدُّعَاءُ عِنْدَ قَبْرِهِ مُسْتَجَابٌ. وَمَاتَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ لِخَمْسٍ بَقَيْنَ مِنْ ذِيْ الْحِجَّةِ سَنَةَ سَبْعِيْنَ وَمِائَتَيْنِ وَقَدْ قَارَبَ التِّسْعِيْنَ (رفع الإصر عن قضاة مصر لابن حجر – ج 1 / ص 43 الطبقات السنية في تراجم الحنفية للتقي الغزي – (ج 1 / ص 195)
“Bakkar bin Qutaibah dimakamkan di jalan Qarafah. Berdoa didekatnya adalah mustajab. Ia meninggal pada 270 H, usianya hampir 90 tahun” (Raf’ al-Ishri ‘an Qudlat Mishr 1/43 dan Thabaqat as-Saniyyah 1/195)
Dan masih banyak tokoh ulama masa klasik dan sekarang yang makam-makam beliau sebagai salah satu tempat yang mustajab dalam memanjatkan sebuah doa, seperti Makam Imam Malik, Makam Imam Muslim, Makam Bakkar bin Qutaibah, Makam Ibnu Zairak, Makam Abu Darda’, dll.
Sehingga tempat berdoa selain masjid, di makam para ulama juga salah satu tempat yang mustajabah. Namun harus disertai dengan konsentrasi dan khusyu’ dalam memanjatkan doa, sebagai riyadhoh kita supaya doa kita di ijabahi oleh Allah SWT.
Originally posted on 21 February 2017 @ 13:55