Keistimewaan Hari Jumat – Al-Lum’ah fi Khasa’is Yaum al-Jum’ah karya as-Suyuthi
Keistimewaan Ke-15:
HATI TERTUTUP AKIBAT MENINGGALKAN SHALAT JUMAT
By Ahmad Muntaha AM
Kiswah Aswaja NU Center Jatim, 29/04/2016
Keistimewaan hari Jumat ke-15 adalah keras hati, sulit menerima kebaikan, penuh kebodohan, dan keburukan, karena meninggalkan shalat Jumat tanpa uzur. Sebagaimana hal ini diisyaratkan beberapa hadits dan atsar yang disebutkan Jalaluddin as-Suyuthi dalam al-Lum’ah fi Khasa’is Yaum al-Jum’ah (2-3) berikut:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَا: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمُ الْجُمُعَاتِ أَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ ثُمَّ لَيَكُونُنَّ مِنَ الْغَافِلِينَ. (رواه مسلم)
“Diriwayatkan dari Ibn Umar ra dan Abu Hurairah ra, mereka berkata: “Rasulullah Saw bersabda: “Hendaklah kaum-kaum menghentikan ketidakhadiran mereka pada shalat Jumat, atau sungguh Allah akan menutup hatinya (menjadi penuh kebodohan dan kekerasan), kemudian niscaya mereka akan menjadi bagian dari orang-orang yang lalai.” (HR. Muslim)
عَنْ أَبِي الْجَعْدِ الضَمْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا بِهَا، طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ. (رواه أبو داود، والترمذي، وحسنه، والحاكم وصححه، وابن ماجة)
“Diriwayatkan dari Abu al-Ja’d ad-Dhamri ra, sungguh Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang meninggalkan shalat Jumat tiga kali dengan menyepelekannya (tanpa uzur), maka Allah akan menutup hatinya.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi yang menilainya hasan, al-Hakim yang menilainya shahih, dan Ibn Majah)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ تَرَكَ الْجُمْعَةَ ثَلَاثًا، مِنْ غَيْرِ ضَرُورَةٍ طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ. (رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَابْن مَاجَهْ وَابْنُ خُزَيْمَةَ وَالْحَاكِمُ وَقَالَ الدَّارَقُطْنِيُّ إنَّهُ أَصَحُّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي الْجَعْدِ)
“Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah ra, sungguh Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang meninggalkan shalat Jumat tiga kali tanpa sebab kondisi darurat, maka Allah akan menutup hatinya.” (HR. an-Nasai, Ibn Majah, Ibn Khuzaimah, al-Hakim, dan ad-Daraqutni berkata: “Hadits ini lebih shahih daripada hadits riwayat Abu al-Ja’d.”)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ تَرَكَ الْجُمُعَةَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ، لَمْ يَكُنْ لَهَا كَفَارَةٌ دُونَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. (رواه الأصبهاني، في الترغيب)
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang meninggalkan shalat Jumat tanpa uzur, maka tidak ada penebusnya sebelum hari kiamat.” (HR. al-Asbihani dalam at-Targhib)
عَنْ سَمُرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: احْضُرُوا الْجُمُعَةَ وَادْنُوا مِنْ الْإِمَامِ فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَخَلَّفُ عَنْ الْجُمُعَةِ، فَيَتَخَلَّفُ عَنْ الْجَنَّةِ وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِهَا. (رواه الأصبهاني)
“Diriwayatkan dari Samurah ra, ia berkata: “Rasulullah Saw bersabda: “Hadirilah shalat Jumat dan mendekatlah kepada Imam. Sebab sungguh orang menunda-nunda shalat Jumat, sehingga tertunda masuk surga, padahal ia adalah ahlinya.” (HR. al-Asbihani)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَعٍ مِنْ غَيْرِ عِلَّةٍ، طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ وَهُوَ مُنَافِقٌ. (رواه سعيد بن منصور)
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Orang yang meninggalkan shalat Jumat tanpa uzur, maka Allah tutup hatinya dalam kondisi munafik.” (HR. Sa’id bin Manshur)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَعٍ مُتْعَمِدًا مِنْ غَيْرِ عِلَّةٍ، خَتَمَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ بَخَاتَمِ النِّفَاقِ. (رواه سعيد بن منصور)
“Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar ra, ia berkata: “Orang yang meninggalkan shalat Jumat secara sengaja tanpa uzur, maka Allah cap hatinya dengan cap kemunafikan.” (HR. Sa’id bin Manshur)
UZUR SHALAT JUMAT
Uzur meninggalkan shalat Jumat yang dapat menghilangkan dosa dan keharamannya sebagaimana disebutkan Hasan al-Kaf dalam at-Taqrirat as-Sadidah (304-305), di antaranya adalah:
1. Hujan yang membasahi pakaian dan tidak ditemukan mantel, payung, dan semisalnya.
2. Sakit yang cukup memberatkan untuk hadir Shalat Jumat.
3. Melayani orang sakit yang tidak ada pelayan lainnya, atau menungguinya yang membuat nyaman Si Sakit dengannya.
4. Menunggui orang dekat yang hendak meninggal seperti istri, mertua, teman dan guru.
5. Tertidur, yaitu tidak mampu menahannya sampai menanti waktu shalat Jumat.
6. Merawat Jenazah.
7. Mengkhawatirkan keselamatan jiwa, kehormatan, dan harta.
MAKSUD HATI TERTUTUP KARENA MENINGGALKAN SHALAT JUMAT
Sedangkan maksud hati tertutup terdapat beberapa penafsiran. Di antaranya adalah ketidakmampuan menerima hidayah dan kebaikan, dipenuhi kekerasan, dan dijadikan sebagaimana hati orang munafik. Namun menurut kebanyakan para Pakar Akidah Ahlussunnah wal Jamaah adalah diciptakan kekufuran di hati, seperti kutipan Ibn ‘Allan dalam Dalil Falihin (VI/326) dari al-Qadhi al-‘Iyadh (476-544 H/1083-1149):
وَقِيلَ هُوَ خَلْقُ الْكُفْرِ فِي صُدُورِهِمْ وَهُوَ قَوْلُ أَكْثَرِ مُتَكَلِّمِي أَهْلِ السُّنَّةِ.
“Dan dikatakan: ‘Maksud hati mereka tertutup adalah diciptakan kekufuran pada hatinya.’ Ini adalah pendapat kebanyakan Pakar Akidah Ahlussunnah.”
BATASAN ثَلَاثَ جُمَعٍ “TIGA KALI SHALAT JUMAT”
Apa fungsi batasan ثَلَاثَ جُمَعٍ “tiga kali shalat Jumat” dalam hadits-hadits di atas? Sebagaimana kutipan Abdullah bin Muhammad al-Mubarakfuri dalam Mir’ah al-Mafatih (IV/446) dari penjelasan Abu Walid al-Baji (403-474 H/1012-1081 M), Pemuka madzhab Maliki dan Pakar Hadits asal Cordova, fungsinya adalah untuk menunggu apakah dalam jeda tersebut pelaku bertobat atau tidak:
وَأَمَّا اعْتِبَارُ الْعَدَدِ فِي الْحَدِيثِ فَانْتِظَارٌ لِلْفِيئَةِ وَإِمْهَالٌ مِنْهُ تَعَالَى عَبْدَهُ لِلتَّوْبَةِ.
“Adapun pertimbangan hitungan sampai tiga kali shalat Jumat dalam hadits, maka untuk menanti kembalinya pelaku untuk menghadiri shalat Jumat lagi dan jeda yang diberikan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya untuk bertobat.”
Lalu apakah tertutupnya hati yang dimaksud hadits-hadits di atas harus sampai meninggalkan shalat Jumat tiga kali tanpa uzur secara berturut-turut atau tidak? Merujuk kaidah Ushul: حَمْلُ الْمُطْلَقِ عَلَى الْمُقَيَّدِ “mengarahkan dalil yang mutlak pada dalil yang dibatasi”, maka pemahaman yang mendekati kebenaran adalah sampai meninggalkannya tiga kali secara berturut-turut. Sebagaimana hal ini dikuatkan atsar Ibn Abbas ra yang berstatus marfu (Mir’ah al-Mafatih, IV/446):
مَنْ تَرَكَ الْجُمُعَةَ ثَلَاثَ جُمَعٍ مُتَوَالِيَاتٍ فَقَدْ نَبَذَ الْإِسْلَامَ وَرَاءَ ظَهْرِهِ. (رواه أبو يعلى ورجاله رجال الصحيح)
“Orang yang meninggalkan shalat Jumat tiga kali berturut-turut, maka sungguh ia telah melempar Islam ke belakang punggungnya.” (HR. Abu Ya’la dan para Perawinya adalah perawi hadits shahih.”)
BERSAMBUNG
Sumber:
1. As-Suyuthi, al-Lum’ah fi Khasa’is Yaum al-Jum’ah, h. 2-3. Al-Maktabah as-Syamilah, al-Ishdar at-Tsani, 2.11.
2. Abdurra’uf al-Munawi, Faidh al-Qadir Syarh al-Jami’ as_Shaghir, (Bairut: Dar al-Ma’rifah, 1391 H/1972 M) Talkhish al-Habir fi Takhrij Ahadits ar-Rafi’i al-Kabir, (ttp.: Mu’assasah Quthubah, 1416 H/1995 M),juz II, h. 108-109.
3. Hasan bin Ahmad bin Muhammad al-Kaf, at-Taqrirat as-Sadidah fi al-Masail al-Mufidah; Qism al-‘Ibadat, (Riyadh: Dar al-Mirats an-Nabawi, 1423 H/2003 M), h. 304-305.
4. Muhammad bin ‘Allan as-Shiddiqi, Dalil Falihin li Thuruq Riyadh as-Shalihin, (Bairut: Dar al-Kutub al-‘Arabi, tth.) juz VI, h. 326.
5. Abdullah bin Muhammad al-Mubarakfuri, Mir’ah al-Mafatih Syarh Misykah al-Mashabih, juz IV, h. 446. Al-Maktabah as-Syamilah, al-Ishdar at-Tsani, 2.11.
6. Nuruddin Ali bin Abi Bakr al-Haitsami, Majma’ az-Zawaid wa Manba’ al-Fawaid pada Bughyah ar-Raid, (Bairut: Dar
al-Fikr, 1414 H/1994 M) juz II, h. 422.
KISWAH
Originally posted on 29 April 2016 @ 08:34