Hukumnya orang menyentuh imam ialah boleh (mubah), akan tetapi apabila mendatangkan keterkejutan imam yang sangat maka hukumnya haram. Ketika imam terkejut sedikit atau menjadikan sangkaan orang bahwa menyentuh imam itu sunah atau wajib, maka hukumnya itu makruh. Apabila yakin atas ketidakterkjutan imam, bahkan dia menyangka dapat mengingatkan imam supaya niat menjadi imam, maka hukumnya baik (mustahab).
(ويحرم) على كلّ احد (الجهر) في الصلاة وخارجها (ان شوّش غيره) من نحو مضلّ أوقارئ أو نائم للضّرر ويرجع لقول المتشوّش ولو فاسقا لانه لايعرف الاّ منه, وما ذكره من الحرمة ظاهرلكن ينافيه كلام المجموع وغيره. فانه كالصريح في عدامها الاّان يجمع بجمله على مااذاخاف التّشويش (قوله على ما اذاخاف التّشويش) اي وما ذكره المصنّف من الحرمة على مااذا اشتدّ. وعباراةالايعاب ينبغي حمل قول المجموع وان أذى جاره على ايذاء خفيف يتماسح به بخلاف جهر يعطّله عن القرأة بالكلّيّة فينبغي حرمته. (الجز الثاني من موهبة ذى الفضل)
Sebagaimana keterangan dari kitab Mauhibah Juz II, Durrun Nadlid dan Fathul Mu’in, bahwa diharamkan bagi siapapun (makmum) bersuara keras baik di luar shalat atau didalam shalat apabila dapat mengganggu (jamaah) yang lain, seperti (memperingatkan) orang yang sesat, orang yang membaca atau orang yang tidur karena adanya bahaya yang akan menimpanya, walaupun terhadap orang yang fasik karena kefasikan itu tidak ada orang tau kecuali dirinya. Pendapat yang mengharaman tersebut sudah jelas, namun bertentangan dengan pendapat dalam al-majmu’ dan lainnya.
Pengertian adanya hukum haram akibat kekhawatiran adanya gangguan terhadap jamaah lain, dipahami memang sudah sampai pada taraf amat mengganggu. Dan redaksional dari al-I’ab dalam memahami pendapat al-majmu’ (yang tidak mengharamkan) adalah jika memang gangguan tersebut masih tergolong ringan yang bisa dotoleransi, berbeda dengan suara keras tersebut sampai membatalkan bacaan (shalat) secara keeluruhan, maka seyogyanya memang diharamkan.
كلّ مباح يؤدّى الي زعم الجهّال سنّته أووجوبه فهو مكروه . (في الدارالنضيد لشيخ السلام الهروي)
Menurut imam al-Harawi dalam kitabnya Daarin Nadlid, Segala hal yang mubah yang dapat menyebabkan dugaan yang jelek bagi kalangan orang yang bodoh, hukum sunah atau hukum wajibnya berubah manjdi makruh.
Sehingga orang yang menyentuh imam untuk mengingatkan niat menjadi imam itu hukumnya baik (mustahab), dengan menyentuh sekiranya tidak mengganggu shalatnya imam.